Masihkah ada Negarawan di Zaman ini
Oleh : Nurul Khasanah, SE
Widyaiswara BP4D Provinsi NTT
DEFINISI
NEGARAWAN
Sebelum kita menilai siapakah yang
pantas disebut seorang Negarawan, mari kita melihat definisi Negarawan terlebih
dahulu. Dalam Bahasa Indonesia akhiran –wan pada Negarawan bermakna seseorang
yang memiliki sifat Kenegaraan, atau orang yang peduli pada Negara. Pada Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Negarawan didefinisikan sebagai ahli dalam Kenegaraan, ahli dalam
menjalankan Negara, pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan
Negara dengan suatu pandangan kedepan atau mengelola masalah Negara dengan
Kebijaksanaan dan Kewibawaan.
Jika merujuk pada definisi ini,
maka Negarawan hanya menggunakan politik sebagai alat untuk mewujudkan
kepentingan Negara. Kita mengenal sosok Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Tokoh
Proklamasi Kemerdekaan dengan gaya dan ciri khas kepemimpinan masing-masing.
Tidak hanya mereka, orang-orang seperti Muhammad Natsir dengan pemikiran
Islamnya. Jenderal Soedirman dengan kemampuan militernya, Tan Malaka yang
dikenal sebagai Tokoh Pergerakan Komunis. Mereka semua memberikan Kontribusi
bagi perubahan Bangsa Indonesia. Mereka dapat dikatakan sebagai Negarawan
karena mereka telah meletakkan kepentingan Negara diatas kepentingan diri
sendiri.
NEGARAWAN
DIMASA INI.
Jika kita lihat perpolitikan di
Indonesia yang hanya membicarakan siapa akan mendapatkan apa, kapan dan
bagaimana caranya, bahkan semuanya hanya berkisar pada peta kekuasaan dan
pembagian “kue” setelah Pemilu. Lihat saja Pilpres atau Pilkada-Pilkada yang
berlangsung didaerah-daerah. Bukankah koalisi partai bisa berlangsung secara
sembarangan?. Partai yang memiliki visi ke utara bisa saja berkoalisi dengan
partai yang visinya keselatan? Bahkan bukankah partai-partai yang bervisi
relatif sama bisa saja berada dipihak yang berseberangan? Rumus dalam politik
memang hanya ada satu yaitu “kepentingan”. Dalam politik memang tak ada kawan
sejati dan tak ada musuh abadi, yang abadi hanyalah kepentingan. Lantas, kalau
siapa kawan dan siapa lawan saja tidak jelas apalagi yang bisa kita pegang dari
seorang politikus?
Perpolitikan seperti ini sama
sekali tidak berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Politik yang demikian
sama sekali tidak spiritual dan hanya menempatkan para pelakunya menjadi political animal. Tidak ada yang namanya
ideologi, maupun visi misi dan nilai-nilai (vision,
mission, value). Kalaupun saat ini partai-partai politik atau para
politikus menyatakan mereka mempunyai ideologi, visi, misi dan nilai, itu
hanyalah formalitas belaka, hanya sekedar alat kelengkapan untuk tujuan
kemenangan mereka.
Jika kondisi perpolitikan di
Indonesia masih seperti itu, apakah pantas mereka disebut Negarawan?
Pantaslah kalau Negara ini
cenderung berjalan ditempat dan tidak ada gairah untuk berlari mengejar
ketertinggalan. Hanya ada sedikit panutan dan pemompa energi. Negarawan yang mampu
menjadi referensi dan rujukan dimasa ini. Ataukah barangkali definisi-definisi
inilah yang turut mengasingkan kata Negarawan dan memberinya sekat sehingga
banyak masyarakat cenderung memilih dirinya untuk tidak disebut sebagai
Negarawan.
Coba kita definisikan kembali makna
Negarawan. The American Heritage Dictionary of the English Leanguage
mendefinisikan apa itu negarawan. A
stateman is a man who is a respected leader in a given field. Selain itu
ada beberapa definisi lainnya. Georges Pompidou, mantan Presiden Perancis
menyatakan bahwa Negarawan adalah politisi yang menempatkan dirinya dalam
pelayanan kepada bangsa. Kukuh suharwiyono, seorang perwira TNI AD, Kepala
Divisi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan dan Keamanan TANDEF,
mendefinisikan negarawan sebagai seseorang yang berjiwa dan berjuang demi
kepentingan yang lebih besar sehingga dia selalu berfikir dan bertindak hanya
untuk bangsa negaranya (14 Agustus 2008). Sedangkan menurut Dr. Andi Irawan
dalam Koran Tempo 27 November 2007, kata negarawan merujuk pada sosok manusia
visioner, berorientasi jangka panjang, mengutamakan kesejahteraan bersama
dibanding kesejahteraan pribadi dan golongan, mampu berlaku egaliter, adil dan
mengayomi semua komponen bangsa serta mampu membuktikan komitmen tersebut dalam
perilaku sosial ekonomi, budaya dan politiknya. Dengan demikian secara implisit
Dr. Andi Irawan menyatakan bahwa rakyatpun dapat menjadi negarawan. Pendapat
ini juga sesuai dengan pandangan Indra J. Piliang. Peneliti Politik dan
Perubahan Sosial CSIS Jakarta yang menginginkan rakyat diberi kesempatan
menjadi negarawan (Kompas, 20 Agustus 2002). Definisi-definifi ini mengartikan
negarawan dalam makna luas, hingga rakyatpun dapat menjadi negarawan. Saya
cenderung memilih definisi negarawan dalam pengertian yang luas seperti ini,
mencakup pemimpin dan yang dipimpin. Bagi saya seorang Presiden, Politisi,
Menteri, Polisi, Teknokrat, Pekerja Sosial, Wartawan, Birokrat (termasuk PNS)
bahkan rakyat sekalipun dapat menjadi negarawan. Dengan definisi yang lebih luas
ini, saya bisa menempatkan Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta yang dicintai oleh
masyarakatnya dan Mama Aleta Baun, seorang penyelamat lingkungan yang
menggerakkan massa sejak 1996 hingga 2007 untuk menghentikan operasional
tambang dari pengrusakan tanah hutan di gunung Mutis, Pulau Timor sebagai
seorang Negarawan.
PEMURNIAN
NIAT
Seorang Negarawan tidak begitu saja
terlahir dengan bakat dan rasa kepedulian terhadap Negara, tapi seorang
negarawan itu dibentuk melalui proses panjang hidup. Oleh karena itu, 2
pertanyaan yang tidak boleh lepas disepanjang perjalanan hidupnya yaitu why dan where (2w). Why adalah
pertanyaan yang berfokus kedalam diri. Inilah pertanyaan yang terpenting yang
harus ditanyakan secara terus menerus. Mengapa? Mengapa saya ingin memimpin?
Mengapa saya berjuang mati-matian untuk semua ini?. Pertanyaan ini seperti
sebuah alat dalam manajemen yang disebut “why
5 Times” yang artinya untuk menemukan akar dari segala masalah kita harus
menanyakan mengapa sebanyak 5 kali dan jawaban atas pertanyaan mengapa yang
kelima itulah biasanya jawaban kita yang sesungguhnya.
Dengan demikian motivasi dan niat
kita yang terdalam akan terkuak dengan jelas, niat inilah yang sering
terlupakan ditengah perjalanan. Padahal sejak 14 abad yang lalu, pemimpin besar
umat islam Muhammad saw sudah mengatakan bahwa setiap tindakan itu sangat
bergantung pada niatnya. Sesuai dengan perkataan ini Gay Hendricks konsultan
bisnis dan guru besar Universitas Colorado dan Kate Ludemen Konsultan dan
penulis buku-buku bisnis, mengemukakan masalah niat ini dalam bukunya berjudul
The Corporate Mystic. Dalam buku ini mereka mengemukakan The Power of Intention. Seorang Pemimpin perlu melakukan pemurnian
niat. Tanpa niat yang benar hanya berkubang dalam kesulitan. Pastinya hal yang
sama perlu dimiliki oleh seorang negarawan bahkan dengan intensitas yang jauh
lebih dalam.
Pertanyaan kedua yang penting bagi
Negarawan adalah where, ini adalah
pertanyaan mengenai visi: kemana akan menuju? Kearah mana akan berjalan bersama
untuk mencapai apa yang telah dicita-citakan?. Visi menjelaskan doing the right things (melakukan hal
yang benar) bukannya sekedar doing thing
right (melakukan sesuatu dengan benar). Perhatian seorang negarawan adalah
pada arah perjalanan negeri ini, ia tidak tertarik dengan kepentingan sesaat
yang berjangka pendek yang akan menjerumuskan bangsa dan negara dalam kesulitan
dan keterperosokan dimasa depan.
Dua w adalah pertanyaan terpenting
dari setiap manusia. Hanya pertanyaan 2 w (why
dan where) lah yang akan membawa kita
menuju tataran spiritual. Tanpa kedua pertanyaan itu kita akan kehilangan
hakikat kemanusiaan kita sebagai makhluk spiritual. Mengabaikan kedua
pertanyaan akan menurunkan derajat kita ketingkat hewan, bahkan lebih rendah
dari pada itu.
Devisit terbesar bangsa yang kaya
raya ini adalah devisit negarawan. Bangsa ini begitu menantikan kehadiran sang
negarawan yang bisa melintasi batas – batas pengelompokan karena pertautannya
dengan ragam aliran, yang mampu menjadi jembatan penghubung antarhorizon,
memiliki sikap dan kemurnian hati seorang politisi dalam memperjuangkan tujuan
politik yang lebih tinggi, tidak tertarik pada tujuan sesaat yang akan
menghancurkan negaranya, seseorang yang bervisi jauh kedepan dan menggunakan
kekuasaan semata sebagai wahana mewujudkan cita – cita keadilan dan
kesejahteraan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar