Oleh :
Drs. P.Pieter Djoka, MT
Abstrak
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri
Sipil selanjutnya disingkatDiklat Prajabatan CPNS dilaksanakan dalam rangka
peningkatan mutu Aparatur yang berwawasan luas untuk mampu memberikan pelayanan
yang baik. Pemikiran ini diatur dalamPERKALAN Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, II, dan III yangdiangkat dari tenaga Honorer
Kategori 1 dan/atau 2.
Esensi dari suatu program Dilkat Prajabatan tercermin dari
tujuan dan sasaran, kompetensi,
struktur kurikulum, waktu pelaksanaan, mata diklat, dan jumlah jam pelajaran. Jika
dibandingkan dengan program sebelumnya, Diklat Prajabatan itu telah mengalami pembaharuan
pada agenda pembelajaran dan sistem penyelenggaraan, sehingga
dibutuhkanfasilitator profesional yang menyesuaikan dengan strategi
pembelajaran. Untuk itu sebelumpenyelenggaraannya dilakukan coaching fasilitator untuk mempersiapkan efektivitaspembelajaran.
Materi coaching adalah berupa penyiapan bahan
diklat secara utuh untuksetiap mata diklat. Penyiapan bahan diklat merupakan
kegiatan rutin di dalam tugas jabatanwidayaiswara, bahkan ditingkatkan dalam
persiapan penyelenggaraan Diklat Prajabatan polabaru untuk menyesuaikan dengan
kebijakan reformasi di bidang diklat, sehingga ketikaWidyaiswara yang mengambil
posisi sebagai fasilitator tampil di dalam kelas mampumemperbaharui kinerja di
dalam mencapai tujuan dan sasaran.
Kata
kunci : Efektivitas, Diklat Prajabatan, dan Coaching fasilitator.
A. Pendahuluan
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan merupakan syarat yang
wajib diikuti oleh CPNS
untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
memiliki peranan
yang menentukan dalam mengelola sumber daya pembangunan melalui pelayanan
publik. Untuk memainkan peranan tersebut, diperlukan sosok PNS yang profesional,
yaitu PNS yang mampu memenuhi standar kompetensi jabatan sehingga mampu
melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis diklat yang
strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi
profesional seperti tersebut di atas adalah Diklat Prajabatan. Diklat ini dilaksanakan
dalam rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang
kemudian berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu
bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat.
Praktikpenyelenggaraan Diklat Prajabatan dengan pola
pembelajaran klasikal yang didominasidengan metode ceramah, menunjukkan bahwa
tidak mudah untuk membentuk nilai-nilaidasar profesi PNS, terutama proses
internalisasai pada diri masing-masing peserta. Berdasarkan
pertimbangan akan hal tersebut maka dilakukan inovasi dalam penyelenggaraan
Diklat Prajabatan yang memungkinkan peserta untuk mampu menginternalisasikan
nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara mengalami sendiri dalam penerapan
dan aktualisasi pada tempat tugas/tempat magang, sehingga peserta merasakan
manfaatnya secara langsung. Dengan demikian nilai-nilai dasar profesi PNS tersebut
terpatri kuat dalam dirinya sebagai pengelola sumber daya pembangunan.
Kondisi seperti dimaksud membutuhkan pembaharuan atas pola
penyelenggaran Diklatyang didukung oleh semua pihak, termasuk para Widyaiswara
sebagai fasilitator. Di dalampembaharuan program Diklat Prajabatan tahun 2014
mesti mengikuti coaching fasilitator(Andi Taufik,
2014) sebagai solusi internal lembaga diklat karena belum dilaksanakanTraining of Fasilitator (TOF). Pemberlakukan PERKALAN Nomor
38 dan 39 Tahun 2014direncanakan pada tahun 2015 yang menginsyaratkan kepada
fasilitator untuk mengikutidan lulus TOF.Coaching fasilitatormerupakan
kegiatan Widyaiswara mempersiapkan bahandiklat dan tatap muka di depan kelas.
Widyaiswara sebagai fasilitator tidak hanyadihadapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada perolehan Angka Kredit dankepangkatan, namun harus memperhatikan
peningkatan kompetensi dan kinerja, sebagaibagian dari upaya meningkatkan
status lembaga diklat yang terakreditasi. Oleh sebab ituupaya peningkatan
kemampuan profesional adalah merupakan kegiatan mandiri sehinggasenantiasa
berupaya melakukan pembaharuan di dalam tugas dan pada gilirannya berdampak
bagi terwujudnya Akreditasi Lembaga Diklat.
Untuk memberikan masukan, artikel ini membahas topik:
“Efektivitas pembelajaran
pendidikan dan pelatihan Prajabatan melalui coaching fasilitator”
B. Identifikasi Masalah.
Ada beberapa sumber rujukan yang menjelaskan kata efektif
atau efektivitas. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia- KBBI (1988 : 219), kata efektif menunjukkan beberapa
arti pilihan, yaitu 1. ada efeknya 2. manjur atau mujarab 3. dapat membawa hasil
4. mulai berlaku. Dalam kontek kata keefektifan, terdapat beberapa arti
pilihan, yaitu
: 1. keadaan berpengaruh 2. kemanjuran , kemujaraban 3. keberhasilan 4. hal
mulai berlakunya
tentang undang-undang, peraturan.
Di samping itu, menurut Michael West (terjemahan Srikandi
Waluyo, 1998: viii) melihat
kata efektivitas dari efektivitas tim mencakup tiga komponen utama. 1.
Efektivitas tugas
adalah suatu tingkat di mana tim berhasil meraih hal-hal yang berhubungan dengantugas, 2. Kesehatan mental diartkian sebagai kesejahteraan, petumbuhan, dan perkembangan
para anggota tim, 3. Keberlangsungan tim adalah memungkinkan tim untuk
terus menerus berkerja sama dan berfungsi efektif.
Dalam artikel ini penggunaan kata efektivitas dimaksudkan
adalah keberhasilan atau
kemujaraban pembelajaran Diklat Prajabatan sebagai kontribusi melalui coaching fasilitator
yang berdampak bagi peserta diklat dalam membangun kompetens.
C. Deskripsi Masalah
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi anatar
Widyaiswara, peserta, dan lingkungan
yang mengarah pada pencapaian tujuan diklat yang telah ditentukan lebih dahulu.
Pembelajaran Diklat Prajabatan sebagai suatu proses pembentukan karakter aparatur
sebelum diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di dalam penyelenggaraan Diklat
Prajabatan sebagaimana diatur dalam PERKALAN Nomor 18 Tahun 2014 tentang Diklat
Prajabatan CPNS Golongan I, II, dan III yang diangkat dari tenaga honorer
kategori 1 dan/atau
2, terdapat 4 (empat) aspek yang perlu disimak dalam kaitannya dengan persiapan
penyelengaraannya, yaitu :
1.
Tujuan dan sasaran :
a.
Tujuan Diklat Prajabatan CPNS K 1/K2 diselenggarakan untuk membentuk CPNS yang
memiliki pengetahuan dan wawasan sebagai pelayan masyarakat yang baik.
b.
Sasarannya adalah terwujudnya CPNS yang dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat.
2.
Kompetensi :
Kompetensi
yang dibangun dalam Diklat Prajabatan CPNS K1/K2 adalah kompetensi
sebagai pelayan masyarakat yang baik, yang diindikasikan dengan kemampuan
:
a.
Memahami wawasan kebangsaan sebagai dasar mengutamakan kepentingan nasional
dalam pelaksanaan tugas jabatannya;
b. Memahami sikap untuk tidak korupsi dalam mendorong percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya;
c. Memahami ketentuan kepegawaian berkaitan dengan peran dan fungsi ASN, dan kedudukan, kewajiban dan hak PNS;
d. Memahami pola pikir ASN sebagai pelayan masyarakat.
b. Memahami sikap untuk tidak korupsi dalam mendorong percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya;
c. Memahami ketentuan kepegawaian berkaitan dengan peran dan fungsi ASN, dan kedudukan, kewajiban dan hak PNS;
d. Memahami pola pikir ASN sebagai pelayan masyarakat.
3.
Struktur kurikulum :
Kurikulum
Diklat Prajabatan tenaga honorer K1/K2 terdiri atas 4 (empat) mata diklat,
yaitu:
a.
Wawasan kebangsaan dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia:
nilai-nilai ASN
dan membangun karakter;
b.
Percepatan pemberantasan korupsi;
c.
Manajemen Kepegawaian ASN: Peran dan Fungsi ASN, Keududukan, kewajiban dan
hak PNS;
d.
Pola Pikir ASN sebagai Pelayanan Masyarakat: membangun persepsi diri sebagai pelayan
masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip dan praktik pelayanan prima.
4.
Waktu Pelaksanaan.
a.
Diklat Prajabatan dilaksanakan selama 6 hari kerja atau 69 Jam Pelajaran (JP)
yang dialokasikasikan
untuk pembelajaran klasikal.
b.
Pada saat pembelajaran klasikal, peserta diasramakan dan diberikan kegiatan penunjang
kesehatan jasmani/mental berupa senam kesegaran jasmani.
Dalam
menerapkan ketentuan-ketentuan tersebut, Badan Diklat dapat menyelenggarakan
coaching fasilitator bagi Widyaiswara
sebagai persiapan penyelenggaraan
Diklat Prajabatan menjelang akhir tahun 2014.
D. Analisis
Coaching dilakukan
mengingat peran Widyaiswara selaku fasilitator dalam rangka menjawab
tantangan pembangunan bangsa masa kini dan masa mendatang, Widyaiswara Indonesia
memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter Aparatur Pemerintah
ke arah yang lebih baik dan profesional dalam mengemban tugas-tugas birokrasi
pemerintah. Reformasi administrasi birokrasi pemerintah menuntut pemerintah yang
bersih (Clean Governance) sebagai upaya untuk
memperbaiki pelayanan yang baik kepada
masyarakat dalam berbagai sektor. Terkait dengan hal tersebut, Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
PNS, disebutkan bahwa salah satu komponen yang sangat menentukan dalam diklat
adalah Widyaiswara. Hal ini memberi sinyal, bahwa Widyaiswara sebagai
fasilitator harus
memiliki kompetensi dan kinerja dalam membentuk terciptanya administrasi birokrasi
pemerintahan yang bersih.
Coaching fasilitator pada dasarnya
adalah suatu pertemuan internal dalam suasana
bimbingan lembaga diklat untuk meningkatkan kualitas pekerjaan dengan memunculkan
kreativitas anggota tim. Pemikiran ini identik dengan pengertian Pembelajaran
Tim (Team Learning) adalah sebuah tim yang
terus menerus melakukan pembelajaran
yang mengarah dan mengembangkan kapasitas organisasi untuk dapat menciptakan
hasil yang benar-benar diinginkan oleh para anggotanya (Modul Diklat Kepemimpinan
Tingkat II, Kajian Paradigma, 2012 : 225). Menurut Michael West (terjemahan
Srikandi Waluyo, 1998 : 87) berbagai teknik yang didisain untuk menghasilan berbagai
ide baru dan berbeda, dalam setiap area aktivitas pekerjaan. Dicontohkan, bahwa
kreativitas adalah 95 % kerja keras dan 5 % penemuan yang tidak
disangka-sangka. Oleh
karena itu, jika tim menggunakan teknik-teknik ini, perlu upaya yang
sungguhsungguh untuk
melihat bagaimana ide-ide yang mereka hasilkan dapat secara praktis membantu
mengatasi berbagai situasi yang dihadapi tim. Teknik dimaksud meliputi curah pendapat
klasik, brainwriting pool, curah pendapat negatif, orientasi terhadap tujuan,
daftar
unsur, dan analisis stake holder. dalam
kegiatan coaching fasilitator, maka teknik
yang akan digunakan adalah curah pendapat klasik. Teknik ini dilandasi dari pedoman
dasar, yaitu : kuantitas ide, penundaan penilaian, dan teknik dukungan.
Ada
berberapa aspek yang terkait dengan kegiatan coaching fasilitator,dalam penerapan
teknik curah pendapat klasik, yaitu :
1. Narasumber.
Narasumber dipilih dari Pejabat Struktural yang memimpin
Badan Diklat, yang memahami
kebijakan dan kewenangan serta dapat mengambil keputusan. Mengkoordinir
jalannya coaching fasilitator dengan melibatkan
semua unsur terkait. Narasumber
bukan tenaga pengajar atau fasilitator, tetapi lebih mengarah kepada memberi
masukan dan saran yang bersifat teknis dan substantif.
2. Materi.
Materi yang dibahas di dalam coaching fasilitator adalah kegiatan penyusunan bahan
diklat hingga penyajian di dalam seminar kelompok. Bahan diklat meliputi :
-
Penyusunan bahan ajar.
Bahan ajar untuk setiap mata diklat belum semua tersedia
di dalam modul yang
diterbitkan oleh instansi pembina. Oleh sebab itu fasilitator dapat melengkapi
dengan materi baru sebagai konsekwensi dari pengembangan kurikulum
atau perkembangan terkini. Bahan ajar yang diperbaharui layak disebut sebagai
Materi Pelengkap Modul (MPM). Penulisan bahan ajar disusun per- Bab, dimulai
dari Bab I (Pendahuluan) dan seterusnya . Setiap Bab dilengkapi sub Bab rangkuman
dan diskusi, kecuali pada Bab I.
-
Penyusunan Rancang Bangun Pembelajaran Mata
Diklat/ Rencana Pembelajaran.
Menurut
Dra. Hj. Titiek Rostiah dalam sebuah contoh penulisan RBPMD/RP tahun
2006 yang masih menjadi acuan bagi Tim Penilai Pusat (TPP) Angka Kredit Widyaiswara
ada beberapa aspek yang mesti dirumuskan. RBPMD dirinci dalam rumusan
indikator keberhasilan, materi pokok sub materi pokok, metode, media/alat
bantu, alokasi waktu, dan referensi. Sedangkan RP merupakan satuan yang
terinci terdiri dari tahapan kegiatan, kegiatan fasilitator, kegiatan peserta, metode,
media/alat bantu, dan waktu. Keunggulan
yang sudah dapat dimanfaatkan dari penyusunan ini adalah
teraloksi
waktu yang baik, metoda yang bervasiasi, dan penugasan yang sistematis sehingga
peserta dapat memperoleh keberhasilan yang ditetapkan.
-
Penyusunan bahan tayang.
Dengan
menggunakan program power point dalam sistem komputerisasi, fasilitator
dalam merumuskan materi dalam berbagai variasi huruf, angka,bentuk, dan
teknik animasi serta tahapan pembelajaran, sehingga kesiapan bahan tayang menjadi
menarik.
-
Penyusunan soal ujian.
Soal
ujian merupakan satu paket utuh dengan bahan diklat yang lain, artinya seorang
fasilitator melihat dan merumuskan hasil belajar dan mengukurnya, sehingga
bahan diklat disiapkan secara utuh dan fasilitator benar-benar memenuhi syarat
untuk tampil di muka kelas diklat. Soal ujian yang memiliki validitas dan realibilitas
yang tinggi akan dapat digunakan pada evaluasi akhir Diklat Prajabatan yang
telah dialokasikan waktu 6 (enam) jam pelajaran.
3. Cara penulisan.
Belum ada pedoman khusus penulisan bahan ajar, namun
fasilitator yang terlatih tentu
sudah terbiasa menyusun Karya Tulis Ilmiah dalam memahami rambu-rambu penulisan,
di antaranya tantang kutipan untuk menghindari plagiat. Untuk membuat telaah
penulisan dapat mempedomani PERKALAN Nomor : 9 Tahun 208 tentang Pedoman
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Widyaiswara.
4. Presentasi dan pengesahan.
Sebagai puncak dari suatu proses penyusunan bahan diklat,
maka diselenggarakan
seminar setiap mata diklat di institusi, yaitu dengan melakukan presentasi
oleh perwakilan kelompok atau individual untuk mendapat masukan. Setelah
seminar, maka diperoleh validasi naskah dan institusi memberikan pengesahan
dalam bentuk sebuah sertifikat atau selebaran kata pengantar dalam setiap
berkas bahan diklat. Cara ini ditempuh agar bahan diklat mememenuhi persyaratan
sebagai Karya Tulis Ilmiah dari suatu tugas Widyaiswara.
E. Kesimpulan dan Saran.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran, dapat
disimpulkan:
1.
Pendidikan dan Pelatiahan Prajabatan CPNS dilaksanakan untuk untuk membangun kompetensi
Aparatur Pemerintah ke arah yang lebih baik, sehingga dibutuhkan penyiapan
pembelajaran yang mengacu kepada esensi suatu program diklat.
2.Efektivitas
pembelajaran Diklat Prajabatan berdampak bagi peserta di dalam memperoleh
hasil belajar yang akan mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani
masyarakat.
3. Coahing fasilitator diselenggarakan
dalam rangka mempersiapkan bahan diklat untuk mempersiapkan
efektifitas pembelajaran Diklat Prajabatan.
4.
Dampak coaching fasilitator menyentuh
narasumber, penyusunan bahan diklat, cara penulisan,
presentasi dan pengesahan , maka di dalam pembimbingan mengunakan teknik
curah pendapat klasik, sehingga kreativitas dapat memunculkan ide-ide baru untuk
menghasilkan bahan diklat sejalan dengan agenda pembelajaran dan sistem penyelenggaraannya
dalam mendukung persiapan akreditasi badan diklat.
DAFTAR PUSTAKA
Andi
Taufik . 2014. Paparan materi PERKALAN Nomor 18 Tahun 2014 tentang Diklat Prajabatan
CPNS Golongan I, II, dan III yang diangkat dari tenaga honorer Kategori
1 dan/atau 2, pada tanggal 23 Oktober 2014 di Badan Diklat Provinsi NTT,
Anonim.
1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan
danKebudayaan.
Djoka,Paul Pieter,Drs,MT,2016,Mendorong Inovasi Pelayanan Publik di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dikjartih,Mewujudkan Aparatur Berkualitas Buletin
Elektronik Widyaiswara NTT,Minggu14 Februari 2016.
Djoka,Paul Pieter,Drs,MT,2016,Tantangan Manajemen Kepegawaian di Indonesia :Studi Kasus Pengangkatan
Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil(CPNS).
Dikjartih,Mewujudkan Aparatur Berkualitas Buletin
Elektronik Widyaiswara NTT,Sabtu,28 Mei 2016
Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2013. Membangun Mental Models birokrasi dalam
Mewujudkan Good Governance di Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Prov NTT : Badan Pendidikan dan Pelatihan Prov NTT.
Djoka,PaulPieter,Drs,MT.2016. Efektivitas Pembelajaran Diklat Prajabatan melalui
Coaching Fasilitator
Djoka,Paul
Pieter,Drs,MT.
2016. Iklim Pembelajaran Orang Dewasa
Djoka,Paul
Pieter,Drs,MT.
2016. Jabatan Fungsional Pegawai Negeri
Sipil (Karakteristik dan Upaya Pemberdayaan).
Djoka,Paul
Pieter,Drs,MT.
2016. Kesiapan Aparatur Dalam Membangun Kompetensi melalui Diklat Kepemimpinan Pola Baru.
Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Kiat Berpretasi Jabatan Fungsional
Djoka,Paul
Pieter,Drs,MT.
2016. Kota Kupang Menjadi Kota Tanpa
Sampah
Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016,Penguatan Peran Lembaga Diklat Dalam Rangka Pembinaan Aparatur di Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Djoka,PaulPieter,Drs,MT.2016. Peran Widyaiswara Dalam Penyelenggaraan Diklat Bagi
Pegawai Negeri Sipil.
Djoka,Paul
Pieter,Drs,MT.
2016. Perumusan Indikator Kinerja
Pelayanan Publik dan Indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan
Djoka,Paul
Pieter,Drs,MT.
2016. Reorganisasi Kelembagaan Dalam
Rangka Akreditasi Badan Diklat Provinsi Nusa Tenggara Timur
Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Rescaling Balance Scorecard sebagai Model
Penilaian Kinerja SKPD
Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Upaya Peningkatan Kualitas SDM Penyelenggara PAUD di Provinsi NTT
http://enprints.undip.ac.id/14752/1/img-517074816.pdf (diakses tanggal 20 November 2014)
------------.2000.
Peraturan Pemerintah Nomor : 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Jakarta : Sekretariat Kabinet RI.
------------.2008
. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Widyaiswara, Jakarta : Lembaga
Adminsitrasi Negara.
------------.2009.
Modul 1.A-2 Diklat Kepemimpinan Tingkat II Kajian Paradigma, Membangun
Organisasi Pembelajar (Building Learing Organization). Jakarta :Lembaga
Administrasi Negara Pusdilat SPIMNAS Bidang Kepemimpinan.
------------.2014.
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil
Golongan I, Golongan II, dan Golongan III yang diangkat dari Tenaga Honorer
Kategori 1 dan /atau 2, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Michael
West. 1994. Effective Teamwork. Terjemahan Srikandi Waluyo (1998). Kerja Sama
Kelompok yang Efektif, Yogyakarta : Kanisius.
Titiek
Rostiah. 2006. Dikla Kepemimpinan Tingkat IV, Rancang Bangun Pembelajaran Mata
Diklat Pola Kerja Terpadu dan Rencana Pembelajaran Pola Kerja Terpadu,
Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar