Senin, 27 April 2015

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KERJA PEGAWAI

Oleh:
Katarina Nikmat., M.A.P
Widyaiswara pertama
Badan Diklat Provinsi NTT


a.     Latar Belakang

Indonesia  merupakan salah satu negara berkembang yang  sudah memasuki era globalisasi,  sehingga persaingan akan semakin ketat baik di sektor swasta maupun sektor pemerintahan.       Perubahan yang cepat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi akan menyebabkan semakin kompleksnya masalah dan kegiatan yang dihadapi pimpinan organisasi.  Pada saat yang sama, keinginan anggota organisasi perlu dipadukan dengan tujuan organisasi yang telah direncanakan, agar terjadi keterpaduan gerak dalam mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin  dituntut memiliki pengetahuan, pengertian dan keterampilan untuk memimpin bidang pekerjaan dimanapun ia berada dan bagaimanapun kondisinya. Jadi posisi dan komptensi pemimpin merupakan faktor penentu dalam mencapai sasaran, walaupun telah ada rencana yang tersusun rapi, tetapi apabila pemimpin tidak dapat menginspirasi dan menggerakan semua personil dalam organisasi, sulitlah diciptakan semangat kerjasama yang tinggi.
Makna dari adigium bahwa ”seorang pemimpin apapun wujudnya, di manapun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk selalu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya” hendaknya dapat diimplementasikan dalam melaksanakan kepemimpinannya berupa tindakan nyata yang mana tindakan nyata tersebut dapat memberikan efek puas, baik bagi dirinya sendiri dalam hal ini adalah sang pemimpin dan yang terpenting adalah bagi orang lain yang  merupakan obyek dari tindakan nyata tersebut yaitu para pengikutnya atau bawahannya.  Karena bawahan merupakan perpanjangan tangan dari pimpinan, karena bawahan dapat mewujudkan apa yang hendak ingin dicapai oleh pimpinan.

b.    Pemimpin di Dunia Bisnis

Dalam dunia bisnis atau dunia usaha yang orientasi laba, seorang manajer kepegawaian senantiasa mencari kira-kira apa yang menjadi penyemangat kerja bagi bawahannya, dia tidak akan merasa puas kalau belum menemukan hal tersebut; karena baginya, menemukan penyemangat kerja buat bawahan merupakan temuan yang spektakuler karena sudah dapat dipastikan penyemangat kerja tersebut dapat membawa kesuksesan bagi dia.  Jadi ada kesan, menejer di dunia swasta kerjanya adalah mememandu dan mendewasakan bawahannya, hal ini sejalan yang pernah di ungkapkan oleh tokoh motivasi Andre Wongso dalam memberikan motivasi kepada pemimpin perusahaan swasta dalam beberapa talkshow yang disiarkan secara rutin oleh Radio Smart FM,  “Jika ingin berhasil, bekerjasamalah dengan bawahan,  jadikanlah bawahan sebagai raja yang harus dilayani kebutuhan mereka agar mereka puas, karena setelah bawahan anda puas maka mereka akan bekerja kepada anda supaya anda juga puas”.
Andre Wongso dalam kaitannya dengan motivasi di atas merupakan seseorang yang mencoba mensugesti para manajer, bukan hanya manajer bisnis, tetapi tidak tertutup kemungkinan jika motivasi tersebut diterapkan juga dalam dunia birokrasi/pemerintahan. Kecuali apabila sang pemimpin masih dikuasai dengan rasa takut akan perubahan.

c.     Bagaimana Anda Merasa Puas?

Kepuasan sangat kuat pengaruhnya terhadap semangat kerja seseorang.  Apabila semangat kerja seorang menurun maka dapat dipastikan bahwa tujuan yang hendak dicapai tidak akan terwujud dengan kata lain tujuan tidak tercapai karena pimpinanya tidak maksimal dalam bekerja.  Karena kepuasan merupakan suasana yang dirasakan oleh setiap individu dalam melaksanakan aktivitasnya atau kegiatannya dalam organisasi.
Untuk lebih memahami tentang kepuasan kerja, akan diuraikan beberapa pengertian tentang kepuasan kerja berdasarkan teori pemenuhan kebutuhan yaitu: kepuasan kerja pegawai tergantung pada terpenuhi  atau tidaknya kebutuhan pegawai.  Pegawai akan merasa puas apabila dia mendapatkan apa yang dia butuhkan.  Makin besar kebutuhan pegawai dipenuhi, makin puas pula pegawai tersebut.  Begitu pula sebaliknya apa bila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pegawai itu akan merasa tidak puas.
Kepuasan kerja juga merupakan suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.  Perasaan yang berhubungan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Kemampuan seorang pemimpin dalam mengatur, mengarahkan, mengorganisir para bawahannya merupakan kunci bahwa antara bawahan dan pimpinanya memang saling membutuhkan dan tidak ada pihak yang dirugikan. Hal ini sejalan yang diungkapkan Yulk (1996) hakikat kepemimpinan adalah pengaruh terhadap orang lain, namun demikian proses mempengaruhi antara seorang pemimpin dan para pengikut tidak searah. Para pemimpin mempengaruhi para pengikut, namun para pengikut mempunyai juga  pengaruh terhadap para pemimpin. 
Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, dapat diberikan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin untuk memenuhi kebutuhan pegawai,  memberikan dorongan serta mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai.
Wirawan sebelumnya mengatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada pengikutnya, dan jika kita hubungkan dengan banyak kasus yang terjadi hampir pada semua instansi pemerintah dimana bayak aparatur PNS justru suka bolos atau datang hanya untuk isi daftar hadir lalu nongkrong dikantin dan pulang jam dua siang, tetapi akhir bulan gaji jalan terus. Timbul pertanyaan dalam benak saya: dimana pemimpin mereka/penggembalanya, dimana rasa tanggungjawab mereka.
 
d.   Bagaimanakah Tipe/Gaya Kepemimpinan
Kepuasan kerja dan semangat kerja adalah bentuk respon pribadi seseorang,  biasanya dipicu oleh hal-hal yang sangat pribadi juga.  Hal-hal pribadi tersebut antara lain, terpenuhinya kebutuhan hidup, penghargaan, perlakuan yang sebenarnya tidak terlalu penting buat orang lain, tetapi buat dirinya adalah sebuah kehormatan seperti: dipercayakan langsung oleh pimpinan, atau dikunjungi secara pribadi oleh pimpinan, atau sikap pimpinan yang bisa jadi teman curhat kala sang bawahan dalam masalah atau bahkan  sebenarnya pekerjaan itu sudah sepantasnya dilakukan oleh bawahan, tetapi cara sang pimpinan yang tidak menggunakan kekuasannya memerintahnya dalam memberikan tugas kepada bawahan, justru membuat diri bawahan merasa sangat dihargai
Sementara  efektifitas kerja dapat juga ditujukan oleh suatu keadaan dari para bawahan yaitu adanya kepuasan dari para bawahan sehingga pengukuran efektifitas kerja bawahan dapat diukur dari kepuasan bawahan dalam bekerja.  Kepuasan bawahan dapat diketahui  dari harapan (ekspektasi) dan keadaan yang diterima oleh bawahan (perceived performance) dimana apabila bawahan puas  artinya antara harapan dan keadaannya adalah sama, sedangkan apabila tidak puas berarti tidak samanya harapan dan keadaan yang diterima.

Tulisan ini dari kita untuk kita, semoga bermanfaat!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar