Rabu, 14 September 2016

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN MELALUI COACHING FASILITATOR



Oleh :
Drs. P.Pieter Djoka, MT

Abstrak

Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkatDiklat Prajabatan CPNS dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu Aparatur yang berwawasan luas untuk mampu memberikan pelayanan yang baik. Pemikiran ini diatur dalamPERKALAN Nomor 18 Tahun 2014 tentang Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, II, dan III yangdiangkat dari tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau 2.
Esensi dari suatu program Dilkat Prajabatan tercermin dari tujuan dan sasaran, kompetensi, struktur kurikulum, waktu pelaksanaan, mata diklat, dan jumlah jam pelajaran. Jika dibandingkan dengan program sebelumnya, Diklat Prajabatan itu telah mengalami pembaharuan pada agenda pembelajaran dan sistem penyelenggaraan, sehingga dibutuhkanfasilitator profesional yang menyesuaikan dengan strategi pembelajaran. Untuk itu sebelumpenyelenggaraannya dilakukan coaching fasilitator untuk mempersiapkan efektivitaspembelajaran.
Materi coaching adalah berupa penyiapan bahan diklat secara utuh untuksetiap mata diklat. Penyiapan bahan diklat merupakan kegiatan rutin di dalam tugas jabatanwidayaiswara, bahkan ditingkatkan dalam persiapan penyelenggaraan Diklat Prajabatan polabaru untuk menyesuaikan dengan kebijakan reformasi di bidang diklat, sehingga ketikaWidyaiswara yang mengambil posisi sebagai fasilitator tampil di dalam kelas mampumemperbaharui kinerja di dalam mencapai tujuan dan sasaran.

Kata kunci : Efektivitas, Diklat Prajabatan, dan Coaching fasilitator.

A. Pendahuluan
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan merupakan syarat yang wajib diikuti oleh CPNS untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan dalam mengelola sumber daya pembangunan melalui pelayanan publik. Untuk memainkan peranan tersebut, diperlukan sosok PNS yang profesional, yaitu PNS yang mampu memenuhi standar kompetensi jabatan sehingga mampu melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi profesional seperti tersebut di atas adalah Diklat Prajabatan. Diklat ini dilaksanakan dalam rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang kemudian berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat.
Praktikpenyelenggaraan Diklat Prajabatan dengan pola pembelajaran klasikal yang didominasidengan metode ceramah, menunjukkan bahwa tidak mudah untuk membentuk nilai-nilaidasar profesi PNS, terutama proses internalisasai pada diri masing-masing peserta. Berdasarkan pertimbangan akan hal tersebut maka dilakukan inovasi dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan yang memungkinkan peserta untuk mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat tugas/tempat magang, sehingga peserta merasakan manfaatnya secara langsung. Dengan demikian nilai-nilai dasar profesi PNS tersebut terpatri kuat dalam dirinya sebagai pengelola sumber daya pembangunan.
Kondisi seperti dimaksud membutuhkan pembaharuan atas pola penyelenggaran Diklatyang didukung oleh semua pihak, termasuk para Widyaiswara sebagai fasilitator. Di dalampembaharuan program Diklat Prajabatan tahun 2014 mesti mengikuti coaching fasilitator(Andi Taufik, 2014) sebagai solusi internal lembaga diklat karena belum dilaksanakanTraining of Fasilitator (TOF). Pemberlakukan PERKALAN Nomor 38 dan 39 Tahun 2014direncanakan pada tahun 2015 yang menginsyaratkan kepada fasilitator untuk mengikutidan lulus TOF.Coaching fasilitatormerupakan kegiatan Widyaiswara mempersiapkan bahandiklat dan tatap muka di depan kelas. Widyaiswara sebagai fasilitator tidak hanyadihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan Angka Kredit dankepangkatan, namun harus memperhatikan peningkatan kompetensi dan kinerja, sebagaibagian dari upaya meningkatkan status lembaga diklat yang terakreditasi. Oleh sebab ituupaya peningkatan kemampuan profesional adalah merupakan kegiatan mandiri sehinggasenantiasa berupaya melakukan pembaharuan di dalam tugas dan pada gilirannya berdampak bagi terwujudnya Akreditasi Lembaga Diklat.
Untuk memberikan masukan, artikel ini membahas topik: “Efektivitas pembelajaran pendidikan dan pelatihan Prajabatan melalui coaching fasilitator”

B. Identifikasi Masalah.
Ada beberapa sumber rujukan yang menjelaskan kata efektif atau efektivitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia- KBBI (1988 : 219), kata efektif menunjukkan beberapa arti pilihan, yaitu 1. ada efeknya 2. manjur atau mujarab 3. dapat membawa hasil 4. mulai berlaku. Dalam kontek kata keefektifan, terdapat beberapa arti pilihan, yaitu : 1. keadaan berpengaruh 2. kemanjuran , kemujaraban 3. keberhasilan 4. hal mulai berlakunya tentang undang-undang, peraturan.
Di samping itu, menurut Michael West (terjemahan Srikandi Waluyo, 1998: viii) melihat kata efektivitas dari efektivitas tim mencakup tiga komponen utama. 1. Efektivitas tugas adalah suatu tingkat di mana tim berhasil meraih hal-hal yang berhubungan dengantugas, 2. Kesehatan mental diartkian sebagai kesejahteraan, petumbuhan, dan perkembangan para anggota tim, 3. Keberlangsungan tim adalah memungkinkan tim untuk terus menerus berkerja sama dan berfungsi efektif.
Dalam artikel ini penggunaan kata efektivitas dimaksudkan adalah keberhasilan atau kemujaraban pembelajaran Diklat Prajabatan sebagai kontribusi melalui coaching fasilitator yang berdampak bagi peserta diklat dalam membangun kompetens.

C. Deskripsi Masalah
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi anatar Widyaiswara, peserta, dan lingkungan yang mengarah pada pencapaian tujuan diklat yang telah ditentukan lebih dahulu. Pembelajaran Diklat Prajabatan sebagai suatu proses pembentukan karakter aparatur sebelum diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan sebagaimana diatur dalam PERKALAN Nomor 18 Tahun 2014 tentang Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, II, dan III yang diangkat dari tenaga honorer kategori 1 dan/atau 2, terdapat 4 (empat) aspek yang perlu disimak dalam kaitannya dengan persiapan penyelengaraannya, yaitu :
1. Tujuan dan sasaran :
a. Tujuan Diklat Prajabatan CPNS K 1/K2 diselenggarakan untuk membentuk CPNS yang memiliki pengetahuan dan wawasan sebagai pelayan masyarakat yang baik.
b. Sasarannya adalah terwujudnya CPNS yang dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. 

2. Kompetensi :
Kompetensi yang dibangun dalam Diklat Prajabatan CPNS K1/K2 adalah kompetensi sebagai pelayan masyarakat yang baik, yang diindikasikan dengan kemampuan :
a. Memahami wawasan kebangsaan sebagai dasar mengutamakan kepentingan nasional dalam pelaksanaan tugas jabatannya;
b. Memahami sikap untuk tidak korupsi dalam mendorong percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya;
c. Memahami ketentuan kepegawaian berkaitan dengan peran dan fungsi ASN, dan kedudukan, kewajiban dan hak PNS;
d. Memahami pola pikir ASN sebagai pelayan masyarakat.

3. Struktur kurikulum :
Kurikulum Diklat Prajabatan tenaga honorer K1/K2 terdiri atas 4 (empat) mata diklat, yaitu:
a. Wawasan kebangsaan dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia: nilai-nilai ASN dan membangun karakter;
b. Percepatan pemberantasan korupsi;
c. Manajemen Kepegawaian ASN: Peran dan Fungsi ASN, Keududukan, kewajiban dan hak PNS;
d. Pola Pikir ASN sebagai Pelayanan Masyarakat: membangun persepsi diri sebagai pelayan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip dan praktik pelayanan prima.

4. Waktu Pelaksanaan.
a. Diklat Prajabatan dilaksanakan selama 6 hari kerja atau 69 Jam Pelajaran (JP) yang dialokasikasikan untuk pembelajaran klasikal.
b. Pada saat pembelajaran klasikal, peserta diasramakan dan diberikan kegiatan penunjang kesehatan jasmani/mental berupa senam kesegaran jasmani.

Dalam menerapkan ketentuan-ketentuan tersebut, Badan Diklat dapat menyelenggarakan coaching fasilitator bagi Widyaiswara sebagai persiapan penyelenggaraan Diklat Prajabatan menjelang akhir tahun 2014.

D. Analisis
Coaching dilakukan mengingat peran Widyaiswara selaku fasilitator dalam rangka menjawab tantangan pembangunan bangsa masa kini dan masa mendatang, Widyaiswara Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter Aparatur Pemerintah ke arah yang lebih baik dan profesional dalam mengemban tugas-tugas birokrasi pemerintah. Reformasi administrasi birokrasi pemerintah menuntut pemerintah yang bersih (Clean Governance) sebagai upaya untuk memperbaiki pelayanan yang baik kepada masyarakat dalam berbagai sektor. Terkait dengan hal tersebut, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS, disebutkan bahwa salah satu komponen yang sangat menentukan dalam diklat adalah Widyaiswara. Hal ini memberi sinyal, bahwa Widyaiswara sebagai fasilitator harus memiliki kompetensi dan kinerja dalam membentuk terciptanya administrasi birokrasi pemerintahan yang bersih. 
           Coaching fasilitator pada dasarnya adalah suatu pertemuan internal dalam suasana bimbingan lembaga diklat untuk meningkatkan kualitas pekerjaan dengan memunculkan kreativitas anggota tim. Pemikiran ini identik dengan pengertian Pembelajaran Tim (Team Learning) adalah sebuah tim yang terus menerus melakukan pembelajaran yang mengarah dan mengembangkan kapasitas organisasi untuk dapat menciptakan hasil yang benar-benar diinginkan oleh para anggotanya (Modul Diklat Kepemimpinan Tingkat II, Kajian Paradigma, 2012 : 225). Menurut Michael West (terjemahan Srikandi Waluyo, 1998 : 87) berbagai teknik yang didisain untuk menghasilan berbagai ide baru dan berbeda, dalam setiap area aktivitas pekerjaan. Dicontohkan, bahwa kreativitas adalah 95 % kerja keras dan 5 % penemuan yang tidak disangka-sangka. Oleh karena itu, jika tim menggunakan teknik-teknik ini, perlu upaya yang sungguhsungguh untuk melihat bagaimana ide-ide yang mereka hasilkan dapat secara praktis membantu mengatasi berbagai situasi yang dihadapi tim. Teknik dimaksud meliputi curah pendapat klasik, brainwriting pool, curah pendapat negatif, orientasi terhadap tujuan,
daftar unsur, dan analisis stake holder. dalam kegiatan coaching fasilitator, maka teknik yang akan digunakan adalah curah pendapat klasik. Teknik ini dilandasi dari pedoman dasar, yaitu : kuantitas ide, penundaan penilaian, dan teknik dukungan.
           Ada berberapa aspek yang terkait dengan kegiatan coaching fasilitator,dalam penerapan teknik curah pendapat klasik, yaitu :

1. Narasumber.
Narasumber dipilih dari Pejabat Struktural yang memimpin Badan Diklat, yang memahami kebijakan dan kewenangan serta dapat mengambil keputusan. Mengkoordinir jalannya coaching fasilitator dengan melibatkan semua unsur terkait. Narasumber bukan tenaga pengajar atau fasilitator, tetapi lebih mengarah kepada memberi masukan dan saran yang bersifat teknis dan substantif.

2. Materi.
Materi yang dibahas di dalam coaching fasilitator adalah kegiatan penyusunan bahan diklat hingga penyajian di dalam seminar kelompok. Bahan diklat meliputi :
- Penyusunan bahan ajar.
Bahan ajar untuk setiap mata diklat belum semua tersedia di dalam modul yang diterbitkan oleh instansi pembina. Oleh sebab itu fasilitator dapat melengkapi dengan materi baru sebagai konsekwensi dari pengembangan kurikulum atau perkembangan terkini. Bahan ajar yang diperbaharui layak disebut sebagai Materi Pelengkap Modul (MPM). Penulisan bahan ajar disusun per- Bab, dimulai dari Bab I (Pendahuluan) dan seterusnya . Setiap Bab dilengkapi sub Bab rangkuman dan diskusi, kecuali pada Bab I.
- Penyusunan Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat/ Rencana Pembelajaran.
Menurut Dra. Hj. Titiek Rostiah dalam sebuah contoh penulisan RBPMD/RP tahun 2006 yang masih menjadi acuan bagi Tim Penilai Pusat (TPP) Angka Kredit Widyaiswara ada beberapa aspek yang mesti dirumuskan. RBPMD dirinci dalam rumusan indikator keberhasilan, materi pokok sub materi pokok, metode, media/alat bantu, alokasi waktu, dan referensi. Sedangkan RP merupakan satuan yang terinci terdiri dari tahapan kegiatan, kegiatan fasilitator, kegiatan peserta, metode, media/alat bantu, dan waktu. Keunggulan yang sudah dapat dimanfaatkan dari penyusunan ini adalah
teraloksi waktu yang baik, metoda yang bervasiasi, dan penugasan yang sistematis sehingga peserta dapat memperoleh keberhasilan yang ditetapkan.
- Penyusunan bahan tayang.
Dengan menggunakan program power point dalam sistem komputerisasi, fasilitator dalam merumuskan materi dalam berbagai variasi huruf, angka,bentuk, dan teknik animasi serta tahapan pembelajaran, sehingga kesiapan bahan tayang menjadi menarik.
- Penyusunan soal ujian.
Soal ujian merupakan satu paket utuh dengan bahan diklat yang lain, artinya seorang fasilitator melihat dan merumuskan hasil belajar dan mengukurnya, sehingga bahan diklat disiapkan secara utuh dan fasilitator benar-benar memenuhi syarat untuk tampil di muka kelas diklat. Soal ujian yang memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi akan dapat digunakan pada evaluasi akhir Diklat Prajabatan yang telah dialokasikan waktu 6 (enam) jam pelajaran.

3. Cara penulisan.
Belum ada pedoman khusus penulisan bahan ajar, namun fasilitator yang terlatih tentu sudah terbiasa menyusun Karya Tulis Ilmiah dalam memahami rambu-rambu penulisan, di antaranya tantang kutipan untuk menghindari plagiat. Untuk membuat telaah penulisan dapat mempedomani PERKALAN Nomor : 9 Tahun 208 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Widyaiswara.

4. Presentasi dan pengesahan.
Sebagai puncak dari suatu proses penyusunan bahan diklat, maka diselenggarakan seminar setiap mata diklat di institusi, yaitu dengan melakukan presentasi oleh perwakilan kelompok atau individual untuk mendapat masukan. Setelah seminar, maka diperoleh validasi naskah dan institusi memberikan pengesahan dalam bentuk sebuah sertifikat atau selebaran kata pengantar dalam setiap berkas bahan diklat. Cara ini ditempuh agar bahan diklat mememenuhi persyaratan sebagai Karya Tulis Ilmiah dari suatu tugas Widyaiswara.

E. Kesimpulan dan Saran.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran, dapat disimpulkan:
1. Pendidikan dan Pelatiahan Prajabatan CPNS dilaksanakan untuk untuk membangun kompetensi Aparatur Pemerintah ke arah yang lebih baik, sehingga dibutuhkan penyiapan pembelajaran yang mengacu kepada esensi suatu program diklat.
2.Efektivitas pembelajaran Diklat Prajabatan berdampak bagi peserta di dalam memperoleh hasil belajar yang akan mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat.
3. Coahing fasilitator diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan bahan diklat untuk mempersiapkan efektifitas pembelajaran Diklat Prajabatan.
4. Dampak coaching fasilitator menyentuh narasumber, penyusunan bahan diklat, cara penulisan, presentasi dan pengesahan , maka di dalam pembimbingan mengunakan teknik curah pendapat klasik, sehingga kreativitas dapat memunculkan ide-ide baru untuk menghasilkan bahan diklat sejalan dengan agenda pembelajaran dan sistem penyelenggaraannya dalam mendukung persiapan akreditasi badan diklat.




DAFTAR PUSTAKA

Andi Taufik . 2014. Paparan materi PERKALAN Nomor 18 Tahun 2014 tentang Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, II, dan III yang diangkat dari tenaga honorer Kategori 1 dan/atau 2, pada tanggal 23 Oktober 2014 di Badan Diklat Provinsi NTT,

Anonim. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT,2016,Mendorong Inovasi Pelayanan Publik di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dikjartih,Mewujudkan Aparatur Berkualitas Buletin Elektronik Widyaiswara NTT,Minggu14 Februari 2016.

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT,2016,Tantangan Manajemen Kepegawaian di Indonesia :Studi Kasus Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil(CPNS). Dikjartih,Mewujudkan Aparatur Berkualitas Buletin Elektronik Widyaiswara NTT,Sabtu,28 Mei 2016

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2013. Membangun Mental Models birokrasi dalam Mewujudkan Good Governance di Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Prov NTT : Badan Pendidikan dan Pelatihan Prov NTT.

Djoka,PaulPieter,Drs,MT.2016. Efektivitas Pembelajaran Diklat Prajabatan melalui Coaching Fasilitator

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Iklim Pembelajaran Orang Dewasa

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Karakteristik dan Upaya Pemberdayaan).

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Kesiapan Aparatur Dalam Membangun Kompetensi melalui Diklat Kepemimpinan Pola Baru.
Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Kiat Berpretasi Jabatan Fungsional

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Kota Kupang Menjadi Kota Tanpa Sampah

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016,Penguatan Peran Lembaga Diklat Dalam Rangka Pembinaan Aparatur di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Djoka,PaulPieter,Drs,MT.2016. Peran Widyaiswara Dalam Penyelenggaraan Diklat Bagi Pegawai Negeri Sipil.

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Perumusan Indikator Kinerja Pelayanan Publik dan Indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Reorganisasi Kelembagaan Dalam Rangka Akreditasi Badan Diklat Provinsi Nusa Tenggara Timur

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Rescaling Balance Scorecard sebagai Model Penilaian Kinerja SKPD

Djoka,Paul Pieter,Drs,MT. 2016. Upaya Peningkatan Kualitas SDM Penyelenggara PAUD di Provinsi NTT
http://enprints.undip.ac.id/14752/1/img-517074816.pdf (diakses tanggal 20 November 2014)
------------.2000. Peraturan Pemerintah Nomor : 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Jakarta : Sekretariat Kabinet RI.

------------.2008 . Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Widyaiswara, Jakarta : Lembaga Adminsitrasi Negara.

------------.2009. Modul 1.A-2 Diklat Kepemimpinan Tingkat II Kajian Paradigma, Membangun Organisasi Pembelajar (Building Learing Organization). Jakarta :Lembaga Administrasi Negara Pusdilat SPIMNAS Bidang Kepemimpinan.

------------.2014. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan I, Golongan II, dan Golongan III yang diangkat dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan /atau 2, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Michael West. 1994. Effective Teamwork. Terjemahan Srikandi Waluyo (1998). Kerja Sama Kelompok yang Efektif, Yogyakarta : Kanisius.

Titiek Rostiah. 2006. Dikla Kepemimpinan Tingkat IV, Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat Pola Kerja Terpadu dan Rencana Pembelajaran Pola Kerja Terpadu, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar