NasDem yang Menjanjikan
Drs.
Alexander B. Koroh, MPM
Widyaiswara
Muda pada BP4D NTT
Kehadiran
Ketua Umum Partai NasDem di Kupang pada tanggal 5 April lalu cukup mendapat
perhatian berbagai kalangan. Sejatinya
harapan public melampaui ramainya sambutan dan acara seremonial pelantikan Dewan Pengurus Wilayah Nasdem NTT dan
peresmian kantor DPW yang megah.
Masyarakat Indonesia pada umumnya dan NTT secara khusus mengharapkan agar pertai
NasDem dapat memberikan perubahan signifikan terhadap kinerja partai politik
yang berkiprah dalam system politik Indonesia.
Hal ini sangat dimungkinkan, dan harus dimulai dari Partai NasDem.
Kemudian kinerja Partai NasDem yang optimal akan mendorong Partai Politik lain untuk memperbaiki
performanya dengan serius. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa seruan melakukan restorasi (pemulihan) di mana
perubahan mindset sebagai elemen utama harus terlebih dahulu dilakukan secara
matang dan mantap dalam tubuh Partai NasDem.
Pengalaman
Pahit
Sejarah
kehidupan partai politik di Indonesia menunjukkan bahwa setiap partai politik
yang berkuasa selalu terjebak dalam
pengelolaan kekuasaan secara koruptif. Kekuasaan dikelola hanya untuk
kepentingan partai penguasa dan kroni-kroninya. Contohnya, pada masa Orde Baru
Partai Golkar hadir hanya untuk melegitimasi kekuasaan Soeharto selama lebih
dari 30 tahun. Oleh karena itu, kehadiran partai berkuasa yang sesungguhnya
untuk mewujudkan common good (kesejahterann bersama) justru tidak terwujud.
Pengelolaan kekuasaan secara tidak tepat juga terjadi ketika partai yang
lainnya berkuasa. Contoh terkini adalah buruknya pengelolaan kekuasaan yang
dijalankan oleh partai Demokrat.
Masih
segar dalam ingatan kita, betapa besarnya animo dan harapan rakyat Indonesia
terhadap kehadiran partai Demokrat mulai dari awal kemunculannya hingga
penghujung waktu keterlibatan petingginya dalam berbagai kasus grand
corruption (korupsi besar). Akan tetapi seiring berjalannya waktu
berbagai harapan terhadap kapabilitas partai ini untuk mewujudkan kesejahteraan
bersama semakin sirna. Rakyat memiliki alasan kuat untuk tidak mempercai partai
Demokrat lagi dengan melihat langsung betapa beberapa petinggi partai yang mulanya menampakkan diri
seperti manusia setengah dewa karena memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi ternyata
mereka hanyalah “harimau berbulu domba”, yang dengan sangat tega menyusahkan
anak bangsa lainnya dengan merampok uang rakyat melalui berbagai proyek besar. Oleh
karenanya dalam beberapa survey terkini tampak jelas kadar keterpilihat pertai
ini menurun drastis.
Gambaran
singkat di atas, hemat penulis tentunya telah disadari oleh para pemuka partai
NasDem. Lebih jauh lagi partai NasDem tentunya sangat tidak menginginkan jika
menjadi the ruling party dikemudian hari lalu melakukan kesalahan
penglolaan kekuasaan Negara.
Elemen-elemen
utama restorasi
Pengamat politik Syamsuddin Haris
menyimpulkan bahwa partai politik di Indonesia masih terperangkap pada pada
beberapa persoalan klasik yang tak kunjung tuntas. Persoalan-persoalan dimaksud
adalah:
1. Pertama, parpol dianggap masih memiliki
problem ideologi, visi, dan haluan politik.
2. Hampir semua parpol dinilai belum
memiliki basis social yang jelas dan spesifik.
3. Parpol belum berfungsi sebagai
jembatan kepentingan rakyat dan pemerintah.
4. Kepemimpinan personal lebih
melembaga ketimbang kepemimpinan institusional.
5. Relasi transaksional dengan
konstituen. (Kompas, 28/2, 2011).
Merujuk pada persoalan-persoalan
utama parpol di atas, pemulihan dapat dilakukan dengan menjawabnya
(memperbaiki) dengan tuntas. Partai Nasdem mesti mengubah paradigma berpikir
pengurus partainya dan konstituenya tentang pertama, partai ini memiliki
ideology yang jelas, yang mejadi landasan kokoh dalam menghadapi berbagai
persoalan kepartaian dan kebangsaan. Ian McLean dalam Oxford concise dictionary
of politics menjelaskan bahwa ideology adalah “seperangkat gagasan yang
komprehensif dan konsisten yang mana kelompok social menggunkannya untuk
memahami dan menilai dunia disekelilingnya”. Hal ini berarti bahwa dalam
konteks partai Nasdem, nasionalisme dan nilai-nilai demokrasi merupakan
landasan yang tidak sekedar menjadi dokumen tertulis tetapi benar-benar
terinternalisasi secara mantap dalam kalbu pengurus dan anggota partai ini.
Nilai-nilai nasionalisme dan demokrasi semata-mata yang akan menjadi pijakan
dan cara pandang partai ini dalam memecahkan berbagai permasalahan kebangsaan,
kepemerintahan, dan kemasyarakatan yang muncul.
Partai NasDem tentunya juga secara
internal akan memulihkan keberadaan basis sosialnya. Hal ini berarti bahwa
parpol ini akam membangun dan mengembangkan basis sosial yang jelas dan
spesifik. Kondisi ini hanya bisa bisa terbangun melalui kerja keras yang
sistematis, komprehensif dan berkelanjutan. Mengembangkan basis social tidak
akan berhasil bila dilakukan hanya menjelang Pemilu dan vakum di antara dua pemilu. Pendekatan
yang humanis dan cerdas terhadap konstituen dan terus berupaya ikut serta
memecahkan berbagai persolaan kehidupan yang dialami mereka, akan sangat
membantu dalam membentuk basis social partai yang dinamis dan terus berkembang.
Singkatnya jika hal ini berhasil dilakukan oleh partai NasDem maka kesetiaan
konstituennya adalah suatu kesetiaan sejati dan bukan kesetiaan temporer yang
semu.
Jika kedua hal di atas telah
dilakukan maka akan mempermudah parpol untuk melakukan restorasi dalam
memfungiskan dirinya sebagai “jembatan” kepentingan rakyat dan pemerintah.
Dengan kerekatan roh antara parpol dan konstituennya, parpol akan dapat
menjalankan fungsinya sebagai penyambung
kepentingan rakyat dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa parpol dapat
memposisikan diri sebagai penyanggah ketika misalnya terdapat kebijakan
pemerintah yang cenderung dapat merugikan kepentingan public. Pada sisi lain
parpol juga dapat mendorong pemerintah untuk sangat serius merespons berbagai
kepentingan rakyat. Dalam konteks ini partai NasDem misalnya dapat secara
lantang daptat menyuruakan berbagai aspirasi dan keprihatian rakyat.
Kepemimpinan merupakan salah satu
elemen penting yang menentukan maju mundurnya suatu partai politik. Pemimpin
sebagai bagian penting dari kepemimpinan paropol memainkan peran untuk
mempengaruhi dan mengarahkan konstituennya untuk melaksanakan visi dan misi
partai tidak hanya untuk kemajuan parpol dan perwujudan kesejahteraan bersama.
Pada aras ini partai tidak boleh terjebak dalam kepemimpinan yang sangat
didominasi oleh individu tertentu. System kepemimpinan parpol yang terbuka bagi
semua anggota yang berpotensi untuk menjadi pimpinan partai. Isue etnis, agama,
dan klan/keluaga jangan menjadi landasan dalam menentukan pemimpin partai. Untuk
jangka pendek kepemimpinan personal mungkin akan menguntungkan parpol tetapi
sebaliknya akan mereduksi capabilitas parpol dalam jangka panjang. Partai
NasDem dapat memulihkan dirinya dengan tidak mempersonifikasi Surya Paloh dalam
system kepemimpinan partai politik ini.
Relasi parpol dengan konstituen perlu
dibangun dalam hubungan dua arah yang tulus dan berkelanjutan. Inilah pola
hubungan sehat yang akan memberikan hasil saling menguntungkan bagi parpol dan
konstituennya. Melalui pola inilah patai politik akan hidup dan beroperasi
secara sehat dan produktif untuk jangka panjang. Sebaliknya, pola relasi dengan
cara transaksional melalui pembelian dukungan dan pemutarbalikan sentiment
primordial utuk menarik dukungan hanya akan bertahan untuk jangka pendek, dan
bahkan pada point tertentu dapat melumpuhkan partai politik. Restorasi partai NasDem akan
menempatkan relasi dialogis dengan konstituen dan simpatisannya. Oleh karenanya
partai ini memiliki potensi berarti untuk maju secara kepartain dan memberi
dampak positif bagi parpol lainnya juga untuk melakukan hal yang sama.
Pemulihan secara internal partai
NasDem perlu dilakukan karena, pimpinan dan pengurus partai NasDem berasal dari
berbagai partai politik yang secara umum ‘gagal’ dalam mengelola partainya.
Dengan restorasi yang menyeluruh akan membentuk partai NasDem sebagai partai
yang sehat dan kuat teapi juga akan memberikan kontribusi positif bagi
terwujudnya Indonesia yang sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar