Oleh:
Katarina
Nikmat., M.A.P
Widyaiswara
pertama
Badan Diklat Provinsi NTT
a.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
yang sudah memasuki era globalisasi, sehingga persaingan
akan semakin ketat baik di sektor swasta maupun sektor pemerintahan. Perubahan yang cepat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
akan menyebabkan semakin kompleksnya masalah dan kegiatan yang dihadapi pimpinan
organisasi. Pada saat yang sama, keinginan anggota organisasi perlu
dipadukan dengan tujuan organisasi yang telah direncanakan, agar terjadi
keterpaduan gerak dalam mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin dituntut memiliki pengetahuan, pengertian dan
keterampilan untuk memimpin bidang pekerjaan dimanapun ia berada dan bagaimanapun
kondisinya. Jadi posisi
dan komptensi
pemimpin merupakan faktor penentu dalam mencapai sasaran, walaupun telah ada
rencana yang tersusun rapi, tetapi apabila pemimpin tidak dapat menginspirasi dan menggerakan semua personil dalam organisasi, sulitlah diciptakan semangat kerjasama
yang tinggi.
Makna
dari adigium bahwa ”seorang pemimpin
apapun wujudnya, di manapun letaknya akan
selalu mempunyai beban untuk selalu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya” hendaknya
dapat diimplementasikan dalam melaksanakan kepemimpinannya berupa tindakan
nyata yang mana tindakan nyata tersebut dapat memberikan efek puas, baik bagi
dirinya sendiri dalam hal ini adalah sang pemimpin dan yang terpenting adalah
bagi orang lain yang merupakan obyek dari tindakan nyata tersebut
yaitu para pengikutnya atau bawahannya.
Karena bawahan merupakan perpanjangan tangan dari pimpinan, karena
bawahan dapat mewujudkan apa yang hendak ingin dicapai oleh pimpinan.
b.
Pemimpin di Dunia Bisnis
Dalam dunia bisnis atau
dunia usaha yang orientasi laba, seorang manajer kepegawaian senantiasa mencari
kira-kira apa yang menjadi penyemangat kerja bagi bawahannya, dia tidak akan
merasa puas kalau belum menemukan hal tersebut; karena baginya, menemukan
penyemangat kerja buat bawahan merupakan temuan yang spektakuler karena sudah
dapat dipastikan penyemangat kerja tersebut dapat membawa kesuksesan bagi
dia. Jadi ada kesan, menejer di dunia
swasta kerjanya adalah mememandu dan mendewasakan bawahannya, hal ini sejalan
yang pernah di ungkapkan oleh tokoh motivasi Andre Wongso dalam memberikan motivasi kepada pemimpin perusahaan
swasta dalam beberapa talkshow yang
disiarkan secara rutin oleh Radio Smart FM,
“Jika ingin berhasil,
bekerjasamalah dengan bawahan, jadikanlah bawahan sebagai raja yang harus
dilayani kebutuhan mereka agar mereka puas, karena setelah bawahan anda puas
maka mereka akan bekerja kepada anda supaya anda juga puas”.
Andre Wongso dalam
kaitannya dengan motivasi di atas merupakan seseorang yang mencoba mensugesti para
manajer, bukan hanya manajer bisnis, tetapi tidak tertutup kemungkinan jika
motivasi tersebut diterapkan juga dalam dunia birokrasi/pemerintahan. Kecuali apabila sang
pemimpin masih dikuasai dengan rasa takut akan perubahan.
c.
Bagaimana Anda Merasa Puas?
Kepuasan
sangat kuat pengaruhnya terhadap semangat kerja seseorang. Apabila semangat kerja seorang menurun maka
dapat dipastikan bahwa tujuan yang hendak dicapai tidak akan terwujud dengan
kata lain tujuan tidak tercapai karena pimpinanya tidak maksimal dalam
bekerja. Karena kepuasan merupakan
suasana yang dirasakan oleh setiap individu dalam melaksanakan aktivitasnya
atau kegiatannya dalam organisasi.
Untuk
lebih memahami tentang kepuasan kerja, akan diuraikan beberapa pengertian
tentang kepuasan kerja berdasarkan teori pemenuhan kebutuhan yaitu: kepuasan
kerja pegawai tergantung pada terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan pegawai.
Pegawai akan merasa puas apabila dia mendapatkan apa yang dia
butuhkan. Makin besar kebutuhan pegawai
dipenuhi, makin puas pula pegawai tersebut.
Begitu pula sebaliknya apa bila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi,
pegawai itu akan merasa tidak puas.
Kepuasan
kerja juga merupakan suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri
pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi
dirinya. Perasaan yang berhubungan
melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan
pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis
pekerjaan, struktur organisasi, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang
berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan
pendidikan.
Kemampuan
seorang pemimpin dalam mengatur, mengarahkan, mengorganisir para bawahannya
merupakan kunci bahwa antara bawahan dan pimpinanya memang saling membutuhkan
dan tidak ada pihak yang dirugikan. Hal ini sejalan yang diungkapkan Yulk
(1996) hakikat kepemimpinan adalah pengaruh terhadap orang lain, namun demikian
proses mempengaruhi antara seorang pemimpin dan para pengikut tidak searah.
Para pemimpin mempengaruhi para pengikut, namun para pengikut mempunyai
juga pengaruh terhadap para
pemimpin.
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut diatas, dapat diberikan kesimpulan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin untuk
memenuhi kebutuhan pegawai, memberikan dorongan serta mampu meningkatkan kemampuan
dan keterampilan pegawai.
Wirawan sebelumnya
mengatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada pengikutnya, dan
jika kita hubungkan dengan
banyak kasus yang terjadi hampir pada semua instansi pemerintah dimana bayak
aparatur PNS justru suka bolos atau datang hanya untuk isi daftar hadir lalu
nongkrong dikantin dan pulang jam dua siang, tetapi akhir bulan gaji jalan
terus. Timbul pertanyaan dalam benak saya: dimana pemimpin
mereka/penggembalanya, dimana rasa tanggungjawab mereka.
d.
Bagaimanakah Tipe/Gaya
Kepemimpinan
Kepuasan
kerja dan semangat kerja adalah bentuk respon pribadi seseorang, biasanya dipicu oleh hal-hal yang sangat
pribadi juga. Hal-hal pribadi tersebut
antara lain, terpenuhinya kebutuhan hidup, penghargaan, perlakuan yang
sebenarnya tidak terlalu penting buat orang lain, tetapi buat dirinya adalah
sebuah kehormatan seperti: dipercayakan langsung oleh pimpinan, atau dikunjungi
secara pribadi oleh pimpinan, atau sikap pimpinan yang bisa jadi teman curhat
kala sang bawahan dalam masalah atau bahkan
sebenarnya pekerjaan itu sudah sepantasnya dilakukan oleh bawahan, tetapi cara
sang pimpinan yang tidak menggunakan kekuasannya memerintahnya dalam memberikan
tugas kepada bawahan, justru membuat diri bawahan merasa sangat dihargai.
Sementara efektifitas kerja dapat juga ditujukan oleh
suatu keadaan dari para bawahan yaitu adanya kepuasan dari para bawahan sehingga pengukuran efektifitas kerja
bawahan dapat diukur dari kepuasan bawahan dalam bekerja. Kepuasan bawahan dapat diketahui
dari harapan (ekspektasi) dan keadaan yang diterima oleh bawahan (perceived performance) dimana
apabila bawahan puas
artinya antara harapan dan keadaannya adalah sama, sedangkan apabila
tidak puas berarti tidak samanya harapan dan keadaan yang diterima.
Tulisan
ini dari kita untuk kita, semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar