Selasa, 09 April 2013



FIGUR PEMIMPIN  YANG DIDAMBAKAN ORGANISASI DENGAN MENGEMBANGKAN PEMIMPIN TIGA DIMENSIONAL

 
 Oleh: DRS. ROBERTUS RERO, MM 
Widyaiswara Madya

 Badan DIKLAT ,LITBANG Provinsi Nusa Tenggara Timur



ABSTRAKSI

Banyak orang berjuang dan berambisi untuk menjadi pemimpin tetapi tidak banyak orang setelah menjadi pemimpin untuk menjadi pemimpin yang baik sebagaimana yang diharapkan oleh sebuah organisasi maupun dalam suatu komunitas.  Pemimpin yang baik sebagaimana harapan dari banyak orang dan didiskusikan oleh kebanyakan kelompok orang, banyak teori yang mengungkapkan untuk menjadi pemimpin masa depan yang baik  (The Leader of the Future) tetapi untuk menjadi pemimpin masa depan yang baik  minimal memiliki Pemimpin Tiga Dimensional yaitu : pertama  Tantangan bisnis :  memimpin dalam pasar global yang inovatif, kreatif dan responsive, menciptakan suatu organisasi yang terus menerus  belajar, menciptakan daya tuas teknologi, memimpin perubahan (agent of change) besar-besaran organisasi, menghargai dan menarik manfaat dari keanekaan berpikir strategis.
  Kedua Kepemimpinan : Teori dan kepemimpinan klasik dan kontemporer mengembangkan dan membentuk wawasan kepemimpinan pribadi mendorong dan menciptakan daya tuas keanekaan autentik, intergritas, dan etika mengembangkan keberanian dan kehendak bertindak.
 Ketiga Efektivitas Pribadi : Visi, tujuan, nilai-nilai , bakat, sasaran dan prioritas pribadi mengintergrasikan prioritas kehidupan dan pekerjaan.


Kata Kunci :
 Jadilah Seorang pemimpin yang berkualitas dengan berbagai prinsip, tetapi minimlal Pemimpin yang memiliki :
  1. Pemimpin yang memiliki naluri “tantangan business”
  2. Pemimpin yang memiliki Naluri “Kepemimpinan”
  3. Pemimpin yang memiliki Naluri “Efektivitas Pribadi”.
Kata Pemimpin di mana-mana selalu menjadi bahan perbincangan bagi setiap kalangan, kelompok, organisasi, formal maupun non formal. Pemimpin ada yang dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin, ada pemimpin yang bersifat turunan, ada pemimpin yang dilahirkan melalui suatu proses pengkaderan yang panjang, bahkan pemimpin muncul melalui kehadiran kepribadian yang memberikan nilai lebih kepada orang lain.
Ketika Bangsa Israel hendak keluar dari tanah Mesir dari penjajahan  raja Firaun, perlu adanya seorang figur yang mampu memimpin dan membimbing untuk keluar ke tempat yang dijanjikan Tuhan, Tuhan sendiri mempersiapkan seorang figur pemimpin untuk memimpin bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan sendiri. Figur Nabi Musa adalah  ganbaran seorang figur  yang dipersiapakan secara baik, melalui perjalanan waktu yang panjang penuh tantangan dan rintangan.
Perjalanan waktu merupakan sebuah proses pembentukan kepribadian seorang pemimpin. Pembaca mengetahui bagaimana perjuangan Nabi Musa membawa bangsa Israel untuk keluar dari tanah Mesir dengan berbagai macam karakter orang-orang yang dipimpinnya, namun seorang pemimpin yang baik tidak akan meninggalkan tanggungjawabnya, bahkan ia rela mengorbankan kepentingannya sendiri demi sebuah misi yang diembannya.
Prinsip pertama kepemimpinan adalah adanya hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Tanpa pengikut tidak ada orang yang perlu memimpin. Pada prinsip kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dan pengikutnya.
Pemimpin adalah pusat sejumlah kekuatan yang masing-masing mempunyai daftar catatan sendiri. Kekuatan ini menuntut pemimpin untuk berperilaku dengan cara yang melanggengkan tujuan mereka. Perpaduan kekuatan membuat suatu system tuntutan. Setiap kekuatan atau wilayah, sebagaimana sering disebut, memiliki tuntutan tersendiri.
James F. Bolt adalah ketua dan pendiri Excutive Development Associates (EDA)  perusahaan konsultasi terkenal yang mengkhususkan diri dalam perancancangan pendidikan eksekutif yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan program pengembangan kepemimpinan yang secara langsung mendukung strategi bisnis. Bolt pernah bekerja pada Xerox Corporation selama lebih dari enam belas  tahun, dimana ia bertanggung jawab atas pendidikan eksekutif, pelatihan manajemen dan perencanaan alih generasi eksekutif. Bolt menjadi lebih dikenal ketika menulis buku “ Executive Development : A Strategy for Corporate Competitiveness diungkapkan bahwa pemimpin yang masuk dalam era kemajuan harus visioner, autentik, memiliki keberanian, para pekerja keras yang tidak harus dilandasi mengajukan diri atau cari muka.
Figur kepemimpin yang dilandasi oleh berbagai hal yang disampaikan Bolt diatas rasanya semakin langkah serta  tampaknya  semakin jelas dalam   dunia birokrasi saat ini. Suatu dunia yang penuh dengan aktivitas persaingan akan terjadi antara organisasi-oganisasi yang sangat kompleks…. Suatu dunia dimana bahkan para pemimpin professional yang terbaikpun menjadi tidak efektif lagi kecuali jika mereka memiliki kemampuan pemimpin dalam manajemen semakin penting untuk mewujudkan kinerja yang nyata.
Krisis kepemimpinan yang sesungguhnya adalah krisis pengembangan kepemimpinan yang tidak berpedoman pada pengkaderan yang berpijak pada potensi komptensi yang dimilki sesungguhnya. Dari krisis inilah yang menyebabkan pemimpin kita yang “missing in action”. Fakor pelatihan dan pengembangan turut memicu krisis apabila pelatihan dan pengembangan tidak dilihat sebagai wadah yang berperan untuk mentransformasi kebiasaan-kebiasaan yang tradisional kearah yang lebih modern dan professional. Hal tersebut dapat dilihat : Pertama, metode tradisional yang dipakai untuk melatih dan mendidik  para pemimpin tidak mampuh mengejar perubahan yang terjadi di setiap saat; kedua,  Pengalaman (Experience) dan pengembangan dalam jabatan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang dibutuhkan organisasi kita pada saat ini. Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang sudah usang dan tidak mampu menjawab tantangan global saat ini adalah : (1) Wadah Pendidikan dan pelatihan yang masih dipandang hanya sebagai pelengkap dan tidak ditata secara professional dengan berbagai perangkat baik lunak maupun perangkat keras; (2) Pelatihan tidak komperhensif, kebanyakan orang hanya mengejar untuk memenuhi tuntutan pendidikan formal dan non fomal untuk memenuhi standar pengetahuan (knowledge), Ketrampilan (Skill) sebagai pelengkap standar kompetensi sehingga pengambil kebijkan tertinggi dalam birokrasi di berbagai tingkatan bahwa itulah unsur kompetensi yang diharapkan dan kalau seseorang sudah memiliki unsur-unsur tersebut sudah memenuhi unsur standar kompetensi seseorang.
Dalam dunia kepemimpinan saat ini seseorang tidak hanya membutuhkan knowledge and Skill saja, itu akan terjadi kepincangan jika seorang pemimpin tidak berpijak pada perilaku dan moralitas (Attitude) yang kuat, sebab moralitas akan menjadi lebih penting ketimbang 2 hal yang lain; (3) Peltihan hanya menawarkan suatu quick fix artinya untuk tersedianya kader hanya dikembangkan dengan berbagai ceramah dan seminar sehari, seminggu atau sebulan atau memperoleh ijasah pendidikan formal yang singkat adalah tidak realistis dan memalukan; (4) Pelatihan sifatnya umum dan sudah usang, masih banyak pemimpin yang hanya berorientasi program kegiatan jangka pendek serta diliputi oleh moralitas yang rendah dalam manajemen saat ini dikenal dengan  indikator keluaran (Outputs) yang terkesan sekedar menghabiskan anggaran dan menumpang kepentingan dengan mengabaikan result oriented (yang berorintasi hasil).
(5) Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan yang dirancang oleh tim eksekutif hanya bersifat rutinitas yang tidak berorientasi pada mengatasi kesenjangan yang terjadi antara kompetensi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi, yang tentunya hal seperti ini terjadi karena mereka tidak melakukan dan tidak memahami pentingnya Training Need Assessment (TNA).
Banyak  orang beranggap bahwa hampir  80 % dari suatu pengembangan kepemimpinan adalah hasil pendidikan formal, ketrampilan dan pengalaman dalam bekerja.  Kenyataan hal-hal seperti itu hanya sebagai kebanggaan untuk menempatkan rasa hormat dengan isu senioritas dan mencegal orang lain untuk berkompetisi secara wajar dengan mengabaikan nilai moralitas sebagai factor yang sangat  mendukung untuk dikatakan seorang pemimpin yang memiliki komptensi.
Dunia ini memiliki segudang kandidat pemimpin yang memenuhi standar kompetensi ( Knowledge, Skill and Atttude) yang luar biasa dengan ketrampilan kuantitatif dan analitik yang tinggi namun kesemuaannya itu dapat dihadang dengan kepentingan Ethnis, agama, koncoisme, intervensi politik yang tajam serta take and give yang telah menjadi penguasaan dan penjajahan yang kekal  dalam diri seseorang berupa “imprint” yang buruk.
Berhasil me –manag, tetapi  tidak cocok untuk memimpin, merupakan deskripsi yang tepat bagi para pemimpin yang seperti itu. Kalau sampai mereka ditempatkan pada posisi kepemimpinanan, maka gaya mereka sering kali kuno dan otoriter yang mereka nyatakan secara berlebihan dalam me-manag , ingin tampak sebagai ahli dalam segala bidang, bias memecahkan semua masalah, membuat semua keputusan dan mengendalikan secara berlebihan. Banyak yang ingin tampil sebagai seorang pemimpin yang ditakuti, menciptakan gap yang tajam dengan bawahan, komunikasi yang terbatas, tetapi mereka lupa bahwa kondisi seperti itu  mereka telah membangun tembok-tembok yang menunggu gemba yang akan menindis diri mereka sendiri. Sedikit sekali pemimpin yang selalu berusaha untuk menampilkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang disegani oleh bawahannya yang membangun hubungan kerja sebagai bapak dan anak dalam suatu komunitas tertentu, saling melengkapi dan saling membutuhkan hal itu hanya muncul seorang figure pemimpin yang memiliki kerendahan hati.
Sebagai ganti dari system yang menghasilkan pemimpin satu –dimensional, kerangka pengembangan kepemimpinan tiga dimensional (three-dimentional leadership development),  merupakan proses lengkap yang mengakui bahwa para pemimpin membutuhkan perubahan Pola Pikir (Mind setting of change) untuk mengidentifikasi dan menanggapi tantangan masa depan , pengetahuan dan ketrampilan yang sangat berbeda dari kebutuhan masa lampau.
Kerangka tiga-dimensional menuntut pengembangan bisnis (business)   pola pikir dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan menanggapi tantangan global serang pemimpin tidak hanya cerdas menghabiskan uang tetapi harus lebih cerdas untuk memperoleh hasil (kinerja organisasi yang mantap, Kepemimpinan (Leadership) kemampuan yang dikembangkan sepenuhnya dan diperlukan untuk memimpin organisasi dengan penuh keyakinan memasuki masa depan dan efektivitas ketrampilan pribadi (personal effectiveness skill) ketrampilan pribadi yang diperlukan untuk mencapai keunggulan, keseimbangan dan pembaruan terus-menerus.



Kerangka kerja tiga-dimensional merupakan kombinasi kuat antara pola pikir, pengetahuan dan ketrampilan yang jumlahnya lebih besar daripada penjumlahan tiap-tiap bagannya. Salah satu unsur  penting adalah keberanian pertanda seorang pemimpin sejati. Kebreranian itu dibutuhkan untuk menciptakan visi , untuk menantang status quo, dan untuk mengambil resiko. Keberanian bukan tindakan heroic penuh semangat , demikian Joseph Badaracco dan Richard Ellsworth, penulis Leadership and the quest for intergrty (1989 :28), tetapi keberanian berbuat menyatakan apa yang seseorang anggap benar, daripada apa yang nyaman, biasa-biasa saja atau yang popular. Keberanian bertindak atas dasar visi demi kepentingan organisasi , keberanian juga menyadari kelemahan dan menyadari perlunya upaya untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Keberanian mengakui kesalahan merupakan cirri seseorang pemimpin yang menyadari bahwa pelajaran yang diperoleh dari kegagalan adalah sama bernilainya dengan yang berasal dari keberhasilan. Kerangka kerja tiga-dimensional adalah pendekatan praktis untuk membuka kunci keberanian itu.
Tantangan bisnis :  Memimpin dalam pasar global membangun dan memimpin organisasi yang difokuskan pada pasar dan pelanggan. Kepemimpinan mutu terpadu mengembangkan dan memimpin suatu organisasi inovatif, kreatif dan responsive, menciptakan suatu organisasi yang terus menerus  belajar, menciptakan daya tuas teknologi, memimpin perubahan (agent of change) besar-besaran organisasi, menghargai dan menarik manfaat dari keanekaan berpikir strategis.
Kepemimpinan : Teori dan kepemimpinan klasik dan kontemporer mengembangkan dan membentuk wawasan kepemimpinan pribadi mendorong dan menciptakan daya tuas keanekaan autentik, intergritas, dan etika mengembangkan keberanian dan kehendak bertindak.
Efektivitas Pribadi : Visi, tujuan, nilai-nilai , bakat, sasaran dan prioritas pribadi mengintergrasikan prioritas kehidupan dan pekerjaan. Kepemimpinanan diri dan pemberdayaan diri memahami dan mengapresiasi alam, seni dan humanitas kemantapan emosional dan fisik,   pola pikir yang terus belajar dan tanggung jawab pribadi untuk pertumbuhan.






DAFTAR PUSTAKA

Covey,  Stevent R. The 8” Habit, melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008.
De Mooij, Marieke, 1994. Advertising Woldwide : Concepts, Theoties and Practice of international Multinational and Global Advertising, New York, Prentice Hall.
Engel, James F, Roger  D. Black wel, dan Paul  W. Miniard, 1993, Consumer Behavior, Chicago : The Dryden Press.
Goleman, Daniel, Emotional Intelligence, mengapa EI lebih penting dari IQ, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Rero, Robert, 2012, Cara Jitu Mengubah Mind Set, Menghadapi Tantangan Global, Perpaduan IQ, EQ dan, SQ, PT. Antar Surya Group, Kompas Gramedia Group, Surabaya.
Stoltz, Paul G., Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Jakarta, Grasindo, 2000.
The Drucker Foundation, 2000, The Leader of the Future, Pemimpin Masa Depan, PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Zohar Dana & Ian, Marshal, Spiritual Quoetiont; Manfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Intergralistik dan Holistik untuk memaknai Kehidupan, Mizan, 2001.


1 komentar: