FIGUR PEMIMPIN YANG DIDAMBAKAN ORGANISASI DENGAN MENGEMBANGKAN PEMIMPIN TIGA DIMENSIONAL
Oleh: DRS. ROBERTUS RERO, MM
Widyaiswara Madya
Badan
DIKLAT ,LITBANG Provinsi Nusa Tenggara Timur
ABSTRAKSI
Banyak orang
berjuang dan berambisi untuk menjadi pemimpin tetapi tidak banyak orang setelah
menjadi pemimpin untuk menjadi pemimpin yang baik sebagaimana yang diharapkan
oleh sebuah organisasi maupun dalam suatu komunitas. Pemimpin yang baik sebagaimana harapan dari
banyak orang dan didiskusikan oleh kebanyakan kelompok orang, banyak teori yang
mengungkapkan untuk menjadi pemimpin masa depan yang baik (The Leader of the Future) tetapi untuk
menjadi pemimpin masa depan yang baik minimal memiliki Pemimpin Tiga Dimensional
yaitu : pertama Tantangan bisnis : memimpin
dalam pasar global yang inovatif, kreatif dan responsive, menciptakan suatu
organisasi yang terus menerus belajar,
menciptakan daya tuas teknologi, memimpin perubahan (agent of change)
besar-besaran organisasi, menghargai dan menarik manfaat dari keanekaan
berpikir strategis.
Kedua Kepemimpinan
: Teori dan kepemimpinan klasik dan kontemporer mengembangkan dan membentuk
wawasan kepemimpinan pribadi mendorong dan menciptakan daya tuas keanekaan
autentik, intergritas, dan etika mengembangkan keberanian dan kehendak
bertindak.
Ketiga Efektivitas
Pribadi : Visi, tujuan, nilai-nilai , bakat, sasaran dan prioritas pribadi
mengintergrasikan prioritas kehidupan dan pekerjaan.
Kata Kunci :
Jadilah Seorang pemimpin yang
berkualitas dengan berbagai prinsip, tetapi minimlal Pemimpin yang memiliki :
- Pemimpin yang memiliki naluri “tantangan business”
- Pemimpin yang memiliki Naluri “Kepemimpinan”
- Pemimpin yang memiliki Naluri “Efektivitas Pribadi”.
Kata Pemimpin di mana-mana selalu menjadi bahan perbincangan
bagi setiap kalangan, kelompok, organisasi, formal maupun non formal. Pemimpin
ada yang dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin, ada pemimpin yang
bersifat turunan, ada pemimpin yang dilahirkan melalui suatu proses pengkaderan
yang panjang, bahkan pemimpin muncul melalui kehadiran kepribadian yang
memberikan nilai lebih kepada orang lain.
Ketika Bangsa Israel hendak keluar dari tanah Mesir dari
penjajahan raja Firaun, perlu adanya
seorang figur yang mampu memimpin dan membimbing untuk keluar ke tempat yang
dijanjikan Tuhan, Tuhan sendiri mempersiapkan seorang figur pemimpin untuk
memimpin bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan sendiri. Figur Nabi Musa
adalah ganbaran seorang figur yang dipersiapakan secara baik, melalui
perjalanan waktu yang panjang penuh tantangan dan rintangan.
Perjalanan waktu merupakan sebuah proses pembentukan
kepribadian seorang pemimpin. Pembaca mengetahui bagaimana perjuangan Nabi Musa
membawa bangsa Israel untuk keluar dari tanah Mesir dengan berbagai macam
karakter orang-orang yang dipimpinnya, namun seorang pemimpin yang baik tidak
akan meninggalkan tanggungjawabnya, bahkan ia rela mengorbankan kepentingannya
sendiri demi sebuah misi yang diembannya.
Prinsip pertama kepemimpinan adalah adanya hubungan
antara pemimpin dan pengikutnya. Tanpa pengikut tidak ada orang yang perlu
memimpin. Pada prinsip kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan
mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dan pengikutnya.
Pemimpin adalah pusat sejumlah kekuatan yang
masing-masing mempunyai daftar catatan sendiri. Kekuatan ini menuntut pemimpin
untuk berperilaku dengan cara yang melanggengkan tujuan mereka. Perpaduan
kekuatan membuat suatu system tuntutan. Setiap kekuatan atau wilayah,
sebagaimana sering disebut, memiliki tuntutan tersendiri.
James F. Bolt adalah ketua dan pendiri Excutive Development Associates (EDA) perusahaan konsultasi terkenal yang mengkhususkan
diri dalam perancancangan pendidikan eksekutif yang disesuaikan dengan kebutuhan
pelanggan dan program pengembangan kepemimpinan yang secara langsung mendukung
strategi bisnis. Bolt pernah bekerja pada Xerox
Corporation selama lebih dari enam belas
tahun, dimana ia bertanggung jawab atas pendidikan eksekutif, pelatihan
manajemen dan perencanaan alih generasi eksekutif. Bolt menjadi lebih dikenal
ketika menulis buku “ Executive
Development : A Strategy for Corporate Competitiveness diungkapkan bahwa
pemimpin yang masuk dalam era kemajuan harus visioner, autentik, memiliki
keberanian, para pekerja keras yang tidak harus dilandasi mengajukan diri atau
cari muka.
Figur kepemimpin yang dilandasi oleh berbagai hal yang
disampaikan Bolt diatas rasanya semakin langkah serta tampaknya semakin jelas dalam dunia
birokrasi saat ini. Suatu dunia yang penuh dengan aktivitas persaingan akan
terjadi antara organisasi-oganisasi yang sangat kompleks…. Suatu dunia dimana
bahkan para pemimpin professional yang terbaikpun menjadi tidak efektif lagi
kecuali jika mereka memiliki kemampuan pemimpin dalam manajemen semakin penting
untuk mewujudkan kinerja yang nyata.
Krisis kepemimpinan yang sesungguhnya adalah krisis
pengembangan kepemimpinan yang tidak berpedoman pada pengkaderan yang berpijak
pada potensi komptensi yang dimilki sesungguhnya. Dari krisis inilah yang
menyebabkan pemimpin kita yang “missing
in action”. Fakor pelatihan dan pengembangan turut memicu krisis apabila pelatihan
dan pengembangan tidak dilihat sebagai wadah yang berperan untuk
mentransformasi kebiasaan-kebiasaan yang tradisional kearah yang lebih modern
dan professional. Hal tersebut dapat dilihat : Pertama, metode tradisional yang
dipakai untuk melatih dan mendidik para
pemimpin tidak mampuh mengejar perubahan yang terjadi di setiap saat;
kedua, Pengalaman (Experience) dan pengembangan dalam jabatan tidak mampu
menghasilkan kepemimpinan yang dibutuhkan organisasi kita pada saat ini.
Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang sudah usang dan tidak mampu menjawab
tantangan global saat ini adalah : (1) Wadah Pendidikan dan pelatihan yang
masih dipandang hanya sebagai pelengkap dan tidak ditata secara professional
dengan berbagai perangkat baik lunak maupun perangkat keras; (2) Pelatihan
tidak komperhensif, kebanyakan orang hanya mengejar untuk memenuhi tuntutan
pendidikan formal dan non fomal untuk memenuhi standar pengetahuan (knowledge), Ketrampilan (Skill) sebagai pelengkap standar
kompetensi sehingga pengambil kebijkan tertinggi dalam birokrasi di berbagai
tingkatan bahwa itulah unsur kompetensi yang diharapkan dan kalau seseorang
sudah memiliki unsur-unsur tersebut sudah memenuhi unsur standar kompetensi
seseorang.
Dalam dunia kepemimpinan saat ini seseorang tidak hanya
membutuhkan knowledge and Skill saja,
itu akan terjadi kepincangan jika seorang pemimpin tidak berpijak pada perilaku
dan moralitas (Attitude) yang kuat,
sebab moralitas akan menjadi lebih penting ketimbang 2 hal yang lain; (3)
Peltihan hanya menawarkan suatu quick fix
artinya untuk tersedianya kader hanya dikembangkan dengan berbagai ceramah dan
seminar sehari, seminggu atau sebulan atau memperoleh ijasah pendidikan formal
yang singkat adalah tidak realistis dan memalukan; (4) Pelatihan sifatnya umum
dan sudah usang, masih banyak pemimpin yang hanya berorientasi program kegiatan
jangka pendek serta diliputi oleh moralitas yang rendah dalam manajemen saat
ini dikenal dengan indikator keluaran
(Outputs) yang terkesan sekedar menghabiskan anggaran dan menumpang kepentingan
dengan mengabaikan result oriented (yang
berorintasi hasil).
(5) Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan yang dirancang oleh tim
eksekutif hanya bersifat rutinitas yang tidak berorientasi pada mengatasi
kesenjangan yang terjadi antara kompetensi yang dibutuhkan oleh sebuah
organisasi, yang tentunya hal seperti ini terjadi karena mereka tidak melakukan
dan tidak memahami pentingnya Training Need Assessment (TNA).
Banyak orang
beranggap bahwa hampir 80 % dari suatu
pengembangan kepemimpinan adalah hasil pendidikan formal, ketrampilan dan
pengalaman dalam bekerja. Kenyataan
hal-hal seperti itu hanya sebagai kebanggaan untuk menempatkan rasa hormat
dengan isu senioritas dan mencegal orang lain untuk berkompetisi secara wajar
dengan mengabaikan nilai moralitas sebagai factor yang sangat mendukung untuk dikatakan seorang pemimpin
yang memiliki komptensi.
Dunia ini memiliki segudang kandidat pemimpin yang
memenuhi standar kompetensi ( Knowledge,
Skill and Atttude) yang luar biasa dengan ketrampilan kuantitatif dan
analitik yang tinggi namun kesemuaannya itu dapat dihadang dengan kepentingan
Ethnis, agama, koncoisme, intervensi politik yang tajam serta take and give yang telah menjadi penguasaan dan penjajahan yang kekal dalam diri seseorang berupa “imprint” yang buruk.
Berhasil me –manag,
tetapi tidak cocok untuk memimpin,
merupakan deskripsi yang tepat bagi para pemimpin yang seperti itu. Kalau
sampai mereka ditempatkan pada posisi kepemimpinanan, maka gaya mereka sering
kali kuno dan otoriter yang mereka nyatakan secara berlebihan dalam me-manag , ingin tampak sebagai ahli dalam
segala bidang, bias memecahkan semua masalah, membuat semua keputusan dan
mengendalikan secara berlebihan. Banyak yang ingin tampil sebagai seorang
pemimpin yang ditakuti, menciptakan gap yang tajam dengan bawahan, komunikasi
yang terbatas, tetapi mereka lupa bahwa kondisi seperti itu mereka telah membangun tembok-tembok yang
menunggu gemba yang akan menindis diri mereka sendiri. Sedikit sekali pemimpin
yang selalu berusaha untuk menampilkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang
disegani oleh bawahannya yang membangun hubungan kerja sebagai bapak dan anak
dalam suatu komunitas tertentu, saling melengkapi dan saling membutuhkan hal
itu hanya muncul seorang figure pemimpin yang memiliki kerendahan hati.
Sebagai ganti dari system yang menghasilkan pemimpin
satu –dimensional, kerangka pengembangan kepemimpinan tiga dimensional (three-dimentional leadership development), merupakan proses lengkap yang mengakui bahwa
para pemimpin membutuhkan perubahan Pola Pikir (Mind setting of change) untuk mengidentifikasi dan menanggapi
tantangan masa depan , pengetahuan dan ketrampilan yang sangat berbeda dari
kebutuhan masa lampau.
Kerangka tiga-dimensional menuntut pengembangan bisnis (business) pola pikir dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk mengidentifikasi dan menanggapi tantangan global serang pemimpin tidak
hanya cerdas menghabiskan uang tetapi harus lebih cerdas untuk memperoleh hasil
(kinerja organisasi yang mantap, Kepemimpinan (Leadership) kemampuan yang dikembangkan sepenuhnya dan diperlukan
untuk memimpin organisasi dengan penuh keyakinan memasuki masa depan dan
efektivitas ketrampilan pribadi (personal
effectiveness skill) ketrampilan pribadi yang diperlukan untuk mencapai
keunggulan, keseimbangan dan pembaruan terus-menerus.
Kerangka kerja tiga-dimensional merupakan kombinasi kuat
antara pola pikir, pengetahuan dan ketrampilan yang jumlahnya lebih besar
daripada penjumlahan tiap-tiap bagannya. Salah satu unsur penting adalah keberanian pertanda seorang
pemimpin sejati. Kebreranian itu dibutuhkan untuk menciptakan visi , untuk
menantang status quo, dan untuk mengambil resiko. Keberanian bukan tindakan
heroic penuh semangat , demikian Joseph Badaracco dan Richard Ellsworth,
penulis Leadership and the quest for intergrty (1989 :28), tetapi keberanian
berbuat menyatakan apa yang seseorang anggap benar, daripada apa yang nyaman,
biasa-biasa saja atau yang popular. Keberanian bertindak atas dasar visi demi
kepentingan organisasi , keberanian juga menyadari kelemahan dan menyadari
perlunya upaya untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Keberanian mengakui
kesalahan merupakan cirri seseorang pemimpin yang menyadari bahwa pelajaran
yang diperoleh dari kegagalan adalah sama bernilainya dengan yang berasal dari
keberhasilan. Kerangka kerja tiga-dimensional adalah pendekatan praktis untuk
membuka kunci keberanian itu.
Tantangan bisnis : Memimpin dalam pasar global membangun dan
memimpin organisasi yang difokuskan pada pasar dan pelanggan. Kepemimpinan mutu
terpadu mengembangkan dan memimpin suatu organisasi inovatif, kreatif dan
responsive, menciptakan suatu organisasi yang terus menerus belajar, menciptakan daya tuas teknologi,
memimpin perubahan (agent of change) besar-besaran
organisasi, menghargai dan menarik manfaat dari keanekaan berpikir strategis.
Kepemimpinan : Teori
dan kepemimpinan klasik dan kontemporer mengembangkan dan membentuk wawasan
kepemimpinan pribadi mendorong dan menciptakan daya tuas keanekaan autentik,
intergritas, dan etika mengembangkan keberanian dan kehendak bertindak.
Efektivitas Pribadi :
Visi, tujuan, nilai-nilai , bakat, sasaran dan prioritas pribadi
mengintergrasikan prioritas kehidupan dan pekerjaan. Kepemimpinanan diri dan
pemberdayaan diri memahami dan mengapresiasi alam, seni dan humanitas
kemantapan emosional dan fisik, pola
pikir yang terus belajar dan tanggung jawab pribadi untuk pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Covey, Stevent R. The 8”
Habit, melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan, Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
De Mooij, Marieke, 1994. Advertising
Woldwide : Concepts, Theoties and Practice of international Multinational and
Global Advertising, New York, Prentice Hall.
Engel, James F, Roger D.
Black wel, dan Paul W. Miniard, 1993, Consumer Behavior, Chicago : The Dryden
Press.
Goleman, Daniel, Emotional
Intelligence, mengapa EI lebih penting dari IQ, Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 1999.
Rero, Robert, 2012, Cara Jitu
Mengubah Mind Set, Menghadapi Tantangan Global, Perpaduan IQ, EQ dan, SQ,
PT. Antar Surya Group, Kompas Gramedia Group, Surabaya.
Stoltz, Paul G., Adversity
Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Jakarta, Grasindo, 2000.
The Drucker Foundation, 2000, The
Leader of the Future, Pemimpin Masa Depan, PT. Elex Media Komputindo,
Kelompok Gramedia, Jakarta.
Zohar Dana & Ian, Marshal, Spiritual
Quoetiont; Manfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Intergralistik dan
Holistik untuk memaknai Kehidupan, Mizan, 2001.
Proviciat pak atas tulisannya menambah wawasan
BalasHapus