Minggu, 24 November 2013




Bangsa Indonesia Membutuhkan Banyak Pahlawan

Drs. Alexander B. Koroh, MPM

Hari ini, 10 November 2013, bangsa Indonesia memperingati hari Pahlawan. Tentunya kita sepakat bahwa peringatan ini bukanlah suatu aktivitas monoton yang berlangsung setiap tahun, tetapi lebih dari itu, ada makna ‘kepahlawanan’ yang perlu direnungkan. Secara filosofis kontemplasi dapat membawa kita pada atau setidak-tidaknya mendekatkan kita pada verstehen(pengertian yang dalam) tentang pahlawan itu sendiri. Akan tetapi hal ini tidak semudah yang kita bayangkan karena memperoleh verstehen tentang pahlawan dari perspektif ilmu baru akan terjadi setelah melalui suatu penelitian yang mendalam tentang dunia kepahlawanan dan kita harus berada di dalamnya. Akan tetapi, karena setiap tahunnya kita memperingatinya dan mungkin juga terus berkontemplasi tentang eksistensi seorang pahlawan maka kitapun akan dapat memiliki verstehen tadi secara memadai. Dengan demikian maka pemahaman dan pengetahuan kita tentang ‘pahlawan’ adalah tepat. Artinya masuk akal dan sesuai dengan pengalaman emperis dan dapat diaplikasikan.


Siapakah pahlawan
Terdapat kecendrungan pada sebagian besar orang untuk mendefenisikan seseorang sebagai pahlawan apabila ia memperoleh sesuatu yang positif/baik dari orang tersebut. Contohnya,  seorang pejabat kadang koruptor karena punya banyak uang dalam beberapa kali pertemuan selalu memberikan bantuan baik secara finansial/materil maka yang dibantu memandangnya sebagai pahlawan. Demikian pula halnya jika seseorang pernah menjabat dalam berbagai jabatan pemerintahan misalnya menjadi Bupati/Walikota dan kemudian menjadi Gubernur, Menteri atau bahkan Presiden lalu dipandang layak menjadi pahlawan bangsa/daerah. Mungkin kita sepakat bahwa cara mendefenisikan seseorang sebagai pahlawan sebagaimana contoh di atas adalah picik dan keliru. Parameter menentukan seseorang sebagai pahlawan adalah sifat-sifat mulia yang dimilikinya dan telah diwujudnyatakannya. Bukan jabatan dan bukan pula kekayaan yang diperoleh secara ilegal kemudian dibagi-bagikan pada siapa saja.
Dua definisi dibawah ini dapat membantu kita untuk memahami makna pahlawan dengan benar. Kamus Oxford Advanced Learner’s mendefinisikan pahlawan/hero, “a person who is admired by many for her or his noble qualities or courage.” Dapat diterjemahkan, pahlawan adalah seseorang yang dihormati oleh banyak orang/khalayak karena sifat-sifat mulianya atau keberaniannya.” Parameter menentukan seseorang sebagai pahlawan adalah sifat-sifat mulia yang dimilikinya yang telah terbukti sehingga dihargai dan dihormati banyak orang. Oleh karena itu, siapa saja sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi pahlawan dalam berbagai bidang kehidupan, baik sipil maupun militer.
Pahlawan juga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang mengabdi secara penuh dan berani untuk mempertahankan kebenaran dan keadilan dengan penuh tanggungjawab, berjuang untuk memberikan pelayanan demi kepentingan rakyat, bangsa, dan negara tanpa mengharapkan imbalan, berjuang untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Dalam dimensi waktu definisi ini, cocok dengan para pejuang kita yang berkorban harta benda, jiwa raga bagi kemerdekaan indonesia. Keberanian, ketabahan, dan pengorbanan mereka adalah sifat-sifat mulia yang perlu kita pelihara dan wujudnyatakan didalam kehidupan kekinian kita dalam bergai aspek kehidupan. Oleh karena itu, dapat dikatakan pula bahwa untuk menjadi pahlawan saat ini adalah seseorang yang memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, dan kerelaan berkorban dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, keadilan, demokrasi, hak asasi manusia, ekonomi, budaya dan lain-lain, karena ia berguna dan telah bersungguh-sungguh dalam melayani keluarga, rakyat, dan negara. Bung Hatta, R.A. Kartini, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, dan para relawan Indonesia Mengajar masuk dalam kotegori pahlawan di atas.
Akan tetapi menjadi pahlawan saat ini tidaklah mudah. Nilai-nilai konsumersme dan hedonisme yang melingkupi kehidupan kita menjadi penghalang utama. Kita cenderung untuk mencari kesenangan sambil mengabaikan yang lain. Kita juga cenderung tidak mau keluar dari sona nyaman. Padahal, untuk menjadi pahlawan seseorang harus mau keluar dari kenyamanan hidupnya untuk tidak hanya berbagi tetapi juga berkorban bagi sesamanya. Oleh karena itu, guru, bidan desa, pendeta, pastor,  ustaddan lain-lain di daerah terpencil yang didalam berbagai keterbatasan dan kekurangan melayani dengan sungguh-sungguh sejatinya sedang melakoni kehidupanseorang pahlawan sejati.Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, anda dan saya mempunyai potensi untuk itu, marilah kita terus berupaya untuk menjadi pahlawan sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar