Jumat, 24 Januari 2014



Natal, Kepemimpinan, dan Tindakan Fatal Bupati Ngada
Alexander B. Koroh & Daud Dara
Widyaiswara Diklat Prov. NTT

Pada bulan Desember biasanya suasana Natal mulai terasa di seantero Provinsi NTT yang mayoritas penduduknya adalah beragama Kristen Protestan dan Katolik. Berbagai persiapan telah dilakukan agar perayaan dimaksud terselenggara dengan baik dan penuh hikmat. Dari perspektif kristen disepakati bahwa, penyiapan hati jauh lebih penting ketimbang persiapan materil dalam perayaan dimaksud. Sebab sejatinya, Sang Bayi Natal hadir dalam kondisi yang sangat sederhana dan darurat bila ditinjau dari sudut pandang materil dan sarana-prasarana, namun disambut  langsung oleh orang-orang yang memiliki hati yang tulus, jujur, setia dan terbuka atas karya maha agung Sang Pencipta. Tampaknya hati yang demikian yang dibutuhkan Allah ketimbang gegap gempita dan foya-foya duniawi.

Dari sudut pandang kepemimpinan peristiwa Natal merupakan expresi kepemimpinan Allah yang sungguh luar biasa. Karena didalam segala “KemahaanNya” mau mengutus Anaknya untuk hadir, tinggal, dan hidup di antara para pendosa yang akan diselamatkanNya. Sesuatu yang sangat mengagumkan karena, di dalam segala kemegahan, kemuliaan, keagungan, dan kesucian, Yesus Kristus mau menginggalkan semuanya dan menjadi sama dengan manusia, kecuali dalam hal dosa. Pada bagian lain, kita dikejutkan dengan tindakan fatal Bupati Ngada, Marianus Sae, yang karena kepicikannya memerintahkan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Ngada dan anggotanya untuk menghalangi pendaratan Pesawat Merpati di Pelabuhan Udara Turelelo, Soa, Ngada pada tanggal 21 Desember 2013. Suatu perbuatan arogan, selfish, keras kepala, dan berbahaya.

Pemimpin Arogan, Berakhir Mengenaskan
Sejarah kepemerintahan di dunia menunjukkan dengan terang benderang bahwa para pemimpin arogan, congkak, dan pongah selalu mengakhiri masa pemerintahan mereka dengan mengenaskan. Beberapa contoh adalah, Muammar Gaddafi, Saddam Hussein, Nicolae Ceausescu, Mussolini dan Hitler. Memang ini adalah contoh yang ekstrim, akan tetapi secara substansial apa yang mereka lakukan sama dengan apa yang dilakukan oleh Bupati Ngada naumun dalam kadar yang berbeda yakni sangat mengutamakan kentingannya, arogan, dan menihilkan pihak lain. Oleh karena itu, jika hal ini dibiarkan dan tidak diberikan punishmentyang sepadan, maka pada gilirannya akan ada penggunaan kekuasaan sang bupati secara ngawur dan serampangan yang akan merugikan kepentingan publik yang lebih besar lagi.Secara faktual, kepemerintahan lokal di NTT  menunjukkan bahwa beberapa mantan bupati dan walikota telah dan sedang mengakhiri karir kepemimpinannya di penjara. Hal ini terjadi karena sikap arogan dan pengutamaan kepentingan pribadi yang tak terkendalikan.

Gaya Kepemimpinan Transformasional
Berbeda dengan praktek kepemimpinan arogan di atas, sang Bayi Natal hadir dalam kesederhanaan dan kerendahan hati. Padahal ia membawa suatu misi sorgawi yang sangat besar yang tak tersalami oleh akal manusia, yakni menjadikan Kerajaan Allah menjadi nyata di bumi dan menebus manusia agar dapat memperoleh hidup yang kekal. Meskipun Yesus kemudian mati disalibkan, hal ini terjadi dalam skenario karya penyelamatan Allah yang mengagumkan. Ia bukan mati karena menjalankan misinya dengan ceroboh dan keliru, seperti para pemimpin arogan di atas tetapi semata-mata memenuhi kehendak BapaNya. Pada akhirnya secara luar biasa kematian itu sendiri Ia kalahkan melalui kebangkitannya pada hari yang ketiga, naik ke surga, dan memperoleh kehormatan dari sang Bapa untuk duduk di sebelah kananNya dan memerintah bersamaNya. Tampilan kepemimpinan Yesus sejalan dengan gaya kepemimpinan transformasional yang ditegaskan Kouzes dan Posner dalam buku mereka Political Leadership: An Enduring Idea (Kepemimpinan Politik Suatu Gagasan yang terus Bertahan) sebagai “enabling others to act, modelling the way, communicating a share vision, and encouraging the hearts.” (memampukan yang lain untuk bertindak, menjadi contoh, mengkomunikasikan suatu visi secara berbagi, dan menguatkan hati/memberi semangat).
Hemat penulis, apa yang dilakukan Bupati Ngada dengan menghalagi pendaratan pesawat di atas, sangat berbahaya karena, sebagi pemimpin ia sedang “modelling the way”(menjadi contoh) bagi banyak orang, khsusnya aparatur dan warga Ngada. Bagi aparatur dan warga yang memiliki kematangan dan kecerdasan emosional mereka akan segera dapat mendifinisikan bahwa apa yang dilakukan adalah salah dan picik, oleh karena itu maka harus dibuang jauh-jauh dan menjadi pelajaran berharga untuk tidak diulangi lagi. Akan tetapi bagi aparatur dan warga yang belu dewasa atau memiliki kecerdasan emosional terbatas mungkin akan melihatnya sebagai suatu tindakan heroik, berani, dan oleh karena itu akan ditirunya. Tentunya hal ini sangat berbahaya.

Aparatur Perlu Berkata Tidak
Etika sektor publik sejatinya mengajarkan bahwa aparatur dapat mengatakan tidak kepada atasannya (baca: bupati). Asalkan informasi dan alasan disampaikan secara jujur dan terus terang serta demi kepentingan publik. Kelihatannya dalam kasus penutupan bandara Turulelo, Soa, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mungkin tidak berani menolak apa yang diperintahkan bupati, karena takut kehilangan jabatannya. Mestinya Kasat Pol. PP. dan pejabat lokal lainnya dapat memberi masukan kepada bupati untuk dapat menahan diri agar tidak melakukan tidakan murahan di atas, sebab dampaknya akan buruk sekali bagi tidak hanya citra diri bupati secara pribadi tetapi juga bagi kepemerintahan Ngada secara keseluruhan.
Secara regulatif perlu diperhatikan bahwa ketika menolak perintah atasan yang mengangkangi kepentingan publik perlu disampaikan secara terus terang, jujur, dan sesuai prosedur yang ada. Penolakan disampaikan secara santun melalui telaahan staf,yang memuat berbagai alasan logis, rasional, dan realistis dengan merujukpada etika dan reguasi yang mendukungnya. Telaahan staf yang baik dan benar tentunya akan diterima atasan karena akan menyelamatkannya dari kesalahan fatal yang akan terjadi. Aparatur jika mendapati ada kekeliruan atau ketidakpantasan dari perintah atasannya katakanlah tidak jangan ragu-ragu.Publik yang semakin cerdas dan kritis terus mengikuti  dan  menilai kinerja anda dan atasan anda sebagai elemen penyelenggara negara. Jika anda berani mengatakan tidak pada hal yang benar menurut publik anda akan dihargai dan dihormati, hal yang sama juga berlaku bagi atasan yang mau menerima penolakan yang konstruktif dari bawahannya dengan jiwa besar. Tentunya hal ini berlaku bagi semua penyelenggara negara.
Natal sesungguhnya juga mengajarkan kita untuk dapat menolak kebiasaan, tradisi, dan praktek-praktek dalam mengelola kehidupan secara keliru/salah. Kehadiran sang Bayi Natal segera meresahkan Herodes yang tamak terhadap kekuasaan yang diimplementasikan secara sewenang-wenang. Ketidakpatuhan para Majus untuk tidak kembali lagi kepada Herodes, merupakan penolakan yang sejalan dengan rencana Allah. Karena jika mereka memberitahukan pada Herodes maka pasti bayi Yesus akan dibunuhnya.
Sembari proses hukum atas kasus ‘Penutupan Bandara Udara Turelelo’ terus berlangsung. Ada baiknya bila bupati Ngada meminta maaf kepada pihak maskapai penerbangan Merpati. Juga yang lebih penting adalah permintaan maaf kepada para penumpang dan keluarganya. Kiranya damai Natal dapatmembantu bupati Ngada dan kita semua menjadi umat yang rendah hati, sebagaimana dicontohkan sang Bayi Natal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar