PENINGKATAN
MANAJEMEN DIKLAT MELALUI ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT
Oleh : Johny
C. M. Lapuisaly,SE,MM
( Widyaiswara
Muda BP4D Prov.NTT)
Diklat
merupakan seperangkat komponen yang saling berinteraksi untuk mengubah
kompetensi kerja pegawai sehingga
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya
melalui proses kediklatan.
Dalam rangka menghasilkan
output yang berkompeten dan profesional sesuai tujuan pelaksanaan diklat maka syarat yang harus dipenuhi adalah
manajemen penyelenggara pendidikan dan
pelatihan (diklat) yang dikelola secara baik dan profesional.
Peranan Manajemem
Manajemen
suatu lembaga sangat berperan untuk mengatasi kesukaran dari
kerumitan dalam pertumbuhan usaha dan sosial masyarakat. Peranan Manajemen untuk mengkordinir / menyelaraskan kekuatan
pokok aktivitas dari sub system dalam organisasi dan hubungan dengan
lingkungan.
Manajemen
merupakan kekuatan penting dari suatu organisasi, seorang manejer harus pandai
manata organisasinya baik itu sumber daya manusia, mesin dan uang secara,
berdaya guna dan berhasil guna agar organisasinya berhasil.
Bagi
organisasi yang besar dan kompleks, hal ini sangat penting, pimpinan dan
organisasi harus mengidentifikasi lingkungan maupun peluang besar agar
organisasi dapat bertahan. Komponen-komponen yang saling berkaitan dalam
pelaksanaan diklat meliputi (Penyelenggara,
Widyaiswara dan Peserta) merupakan pendekatan
sistem yang tidak terpisahkan antara satu dengan
lainnya.
Pendekatan sistem dalam diklat bertujuan untuk :
1.
Menyediakan lingkungan
fisik dan lingkungan emosional yang mendukung proses pembelajaran berjalan
secara kondusif
2.
Mengetahui sejauh mana
keberhasilan program diklat dan proses pembelajaran
3.
Menjamin pencapaian
tujuan diklat secara efektif dan efesien
4.
Mengembangkan kurikulum
berdasarkan kebutuhan peserta diklat
5.
Perapan pendekatan
sistem dalam kebutuhan nyata dilapangan
6.
Menyiapkan secara
cermat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program diklat
Menurut Hasibuan (2000)
bahwa: proses atau langkah-langkah pendidikan dan pelatihan hendaknya dilakukan
dengan memperhatikan : Sasaran, Kurikulum, Sarana, Peserta, Pelatih, Pelaksanaan. Setiap pendidikan dan
pelatihan harus terlebih dahulu ditetapkan secara jelas sasaran yang ingin
dicapai agar pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan dapat diarahkan ke
pencapaian tujuan organisasi.
Lebih lanjut, Hasibuan (2000)
menyatakan berbagai langkah perlu ditempuh dalam pendidikan dan pelatihan yaitu
:
1.
Penentuan kebutuhan
2.
Penentuan sasaran
3.
Penentuan isi program
4.
Identifikasi
prinsip-prinsip belajar
5.
Pelaksanaan program
6.
Identifikasi manfaat
7.
Pengukuran pelaksanaan
program
Secara garis besar dapat
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
1) Penentuan
Kebutuhan Program
Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan
apabila kebutuhan untuk itu memang ada. Penentuan kebutuhan itu harus
didasarkan pada analisis yang tepat karena penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan biasanya membutuhkan dana yang cukup besar.
2) Penentuan
Sasaran
Berdasarkan analisis kebutuhan maka
sasaran pendidikan dan pelatihan ditetapkan. Sasaran yang ingin dicapai dapat
bersifat teknikal akan tetapi dapat pula menyangkut keprilakuan.
3) Penetapan
Isi Program
Pada pendidikan dan pelatihan harus jelas
diketahui apa yang ingin dicapai sesuai dengan hasil analisis kebutuhan dan
sasaran yang telah dilakukan.
4) Identifikasi
Prinsip-Prinsip Belajar
Penerapan prinsip belajar yang baik maka
berlangsungnya proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan cepat, pada dasarnya
prinsip belajar yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar pada lima
hal yaitu partisipasi, repetisi, relevansi, pengalihan dan umpan balik.
5) Pelaksanaan
Program
Tepat tidaknya teknik mengajar yang
digunakan sangat tergantung pada berbagai pertimbangan yang ingin ditonjolkan,
seperti kehematan dalam pembiayaan, materi program, tersedianya fasilitas
tertentu, preferensi dan kemampuan peserta, preferensi dan kemampuan pelatih
dan prinsi-prinsip belajar yang hendak diterapkan.
6) Identifikasi
Manfaat
Setelah program pendidikan dan pelatihan
dilaksanakan maka dapat diidentifikasi manfaat yang diperoleh pegawai, misalnya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai.
7) Pengukuran
Pelaksanaan Program
Pelaksanaan suatu program pendidikan dan
pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta tersebut terjadi
transformasi, dengan peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan
perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja. Komponen-komponen
ini saling mendukung antara satu dengan yang laiannya dalam mencapai diklat
yang kredibel.
Analisis Kebutuhan diklat ( AKD )
Analisis kebutuhan
diklat adalah suatu usaha yang sistematis yang dilakukan untuk mengumpulkan
opini atau ide dari berbagai sumber tentang suatu masalah, sistem dan teknologi
baru. Berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh terhadap hasil kinerja atau
keadaan umum suatu institusi dapat diambil beberapa keputusan yang berhubungan
dengan peningkatan berbagai komponen yang ada dilembaga itu secara optimal,
baik melalui Diklat atau yang lainnya.
Analisis Kebutuhan
Diklat merupakan dasar dalam memahami kebutuhan diklat pada setiap organisasi
atau lembaga, agar penyelenggaraan diklat itu memberikan kontribusi yang
bermakna bagi user atau lembaga pengirimnya. Oleh karenanya, AKD sangat bermanfaat
dalam menentukan program diklat, dan hal-hal yang harus dilakukan oleh lembaga
diklat. Dengan demikian
penyelenggara diklat dapat menghasilkan rencana diklat yang sesuai dengan
kebutuhan,
masalah dalam organisasi, menjaga dan meningkatkan produktivitas kerja.
Berdasarkan konteks
analisis kebutuhan diklat di atas, bahwa hasil dari analisis akan berguna bagi
pengambil kebijakan dalam sistem yang lebih tinggi untuk mengambil
langkah-langkah perbaikan kualitas
dan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM), permasalahan yang difokuskan pada
kinerja.
Tingkat-Tingkat Kebutuhan Diklat.
Secara garis besar
analisis kebutuhan diklat dapat dibedakan kepada tiga tingkatan, antara lain :
1) Kebutuhan
diklat pada tingkat organisasi
Pada bagian manakah /unit kerja manakah
yang masih perlu diklat.
2) Kebutuhan
diklat pada tingkat jabatan
Pada kebutuhan diklat tingkat jabatan
kita akan mendeteksi pula pengetahuan, ketrampilan dan sikap apa yang masih
diperlukan untuk melaksanakan fungsi tugas dan tanggung jawab dari suatu
jabatan.
3) Kebutuhan
diklat pada tingkat individual
Dalam menetapkan kebutuhan diklat
individual harus didahului dengan penetapan kebutuhan diklat organisasi dan
kebutuhan diklat jabatan, sehingga dapat menetapkan siapa-siapa yang memerlukan
diklat dan diklat apa yang diperlukannya. Disini kita mengungkapkan pengetahuan
ketrampilan dan sikap apa yang diperlukan individu-individi pemegang jabatan
dari organisasi bersangkutan.
PENUTUP /
KESIMPULAN
Analisis kebutuhan Diklat
adalah suatu proses yang sistematis dalam mengidentifikasi ketimpangan antam
sasaran dengan keadaan nyata atau diskripansi antara kinerja standar dan
kinerja yang penyelesaiannya melalui pelatihan.
Analisis kebutuhan
diklat dilakukan dengan berbagai tujuan dan memperoleh manfaat antara lain
adalah program diklat sesuai dengan kebutuhan peserta sehingga dapat memotivasi
peserta dalam mengikuti diklat. AKD
bermanfaat juga untuk efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk diklat. Sistem pengelolaan kediklatan yang terprogramguna
menghasilkan Sumber Daya Aparatur yang berwibawa dan berakhlak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasibuan,
M.S.P., 2000, Manajemen sumber daya manusia,
Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.
2. Mangkuprawira,
2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
3. Modul Teknik AKD 1, 2005.,
Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta
4. Modul
Teknik Penyusunan Laporan dan Presentasi Hasil AKD, 2005, Lembaga
Administrasi Negara RI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar