EMPATI
PADA KORBAN BADAI HAIYAN DI PHILIPINA
Drs. Alexander B. Koroh, MPM
Badai Haiyan adalah angin
tofan paling kuat yang pernah melanda Phlipina. Badai dengan kecepatan di atas
300 Km per jam tidak saja melululantahkan semua bangunan dan vegitasi di
beberapa provinsi di negeri itu, tetapi lebih dari itu, badai tadi juga telah merunggut
nyawa di atas 10.000 orang. Bersamaan
dengan itu menurut CNN, Aljazeera, dan BBC sekitar 9,5 juta orang terkena
dampak buruk dari super taifoon Haiyan ini (badai super Haiyan). Oleh karena itu,
sangat jelas bagi kita, betapa beratnya beban dan penderitaan yang sedang
dihadapi oleh sesama kita yang tertimpa bencana dahsyat tadi. Tentunya tak
terperikan kepedihan, kebingungan, dan keputusasaan bagi korban bencana
kehilangan tempat tinggal, mengalami cedera berat, dan kehilangan orang-orang
yang dikasihi mereka. Dalam kondisi seperti ini, harus ada empati secara masiv
dari seluruh umat manusia untuk meringankan beban dan penderitaan para korban.
Ketanggapan Presiden SBY untuk segera mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi para
korban patut diapresiasi. Namun, ini saja tidak cukup karena memang dibutuhkan
empati yang masiv tidak hanya dari Pemerintah tetapi dari setiap kita. Dengan
demikian adalah tidak tepat bila kita berdiam diri saja sambil memandang bahwa
apa yang telah dilakukan Pemerintah telah memadai karena kita tidak perlu
melakukan apa-apa lagi.
Sudahkah Kita Berempati?
Empati sangat penting
dalam kehidupan manusia. Empati adalah salah satu modal sosial yang ikut
menentukan kemajuan dan kemunduran kualitas hidup keluarga, negara, dan
komunitas global. Roman
Krznaric, Ph.D.salah seorang penasihat empati pada berbagai organisasis
termasuk Oxfam dan PBB mendefinisikan, “Empathy
is the ability to step into the
shoes of another person, aiming to understand their feelings and perspectives,
and to use that understanding to guide our actions. That makes it different
from kindness or pity.”Definisi
ini dapat diterjemahkan “Empati adalah suatu kemampuan untuk masuk dalam sepatu
orang lain, dimaksudkan untuk mengerti perasaan dan cara pandang mereka, dan menggunakan
pengertian tadi untuk menuntun perbuatan/tindakan kita. Inilah yang membedakan
empati dari kebaikan atau kasihan.” Merujuk pada definisi ini tampak bahwa
setiap individu memiliki bobot atau kadar empati yang berbeda-beda. Ada yang
memiliki empati yang rendah, sedang, dan tinggi. Oleh karena itu, di beberapa
negara maju biasanya dilakukan penelitian tentang seberapa besar bobot empati
yang dimiliki oleh mereka dari generasi ke generasi. Karena dengan mengetahui
bobot empati pada suatu komunitas akan dapat diketahui kecendrungan antusiesme
komunitas tadi untuk berkontribusi signifikan dalam memecahkan berbagai masalah
sosial.
Dalam
konteks NTT terkait degan tofan Haiyan
yang telah meluluhlantakan kehidupan begitu banyak warga di Philipina, tampaknya
sebagai komunitas global mungkin sebagian besar kita belum memiliki empati yang
memadai. Belum nampak aktivitas spontan yang antusias untuk merasakan dan
memahami apa yang sedang dialami para korban kemudian dengan serius mengambil
langkah-langkah konkrit untuk ikut meringankan beban mereka sesuai kemampuan
kita. Belum tampak adanya posko-posko kemanusiaan yang menggalang dana dan
materil untuk para korban. Memang sebagian besar kita mempunyai pendapatan yang
relatif rendah dengan beban kehidupan masing-masing. Namun tentunya kita
sepakat bahwa keadaan kita saat ini jauh lebih baik ketimbang sesama kita para
korban di Philipina. Lebih dari itu, sejak kecil sebagian besar kita telah
diajarkan bahwa hal memberi yang terbaik adalah memberi dari kekurangan. Alangkah
baiknya jika kita dapat mempraktekkan prinsip memberi ini. Untuk itu, gereja
tidak hanya secara lantang mendoakan para korban melalui doa safaat tetapi
lebih dari itu, harus memberikan bantuan langsung baik dengan mengirimkan para
relawan, memberikan bantunan materil maupun finansial. Hal yang sama juga perlu
dilakukan oleh berbagai asosiasi masyarakat sipil yang ada di NTT. Jika hal ini
dapat kita lakukan maka kita telah menjadikan empati sebagai suatu gerakan
massa yang akan sangat berguna dalam membantu para korban. Pada saat yang sama
kita juga sedang membangun suatu standar empati massive yang menjadi modal
sosial kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar