Bangsa
Indonesia Membutuhkan Banyak Pahlawan
Drs.
Alexander B. Koroh, MPM
Hari ini, 10
November 2013, bangsa Indonesia memperingati hari Pahlawan. Tentunya kita
sepakat bahwa peringatan ini bukanlah suatu aktivitas monoton yang berlangsung
setiap tahun, tetapi lebih dari itu, ada makna ‘kepahlawanan’ yang perlu
direnungkan. Secara filosofis kontemplasi dapat membawa kita pada atau
setidak-tidaknya mendekatkan kita pada verstehen(pengertian yang dalam)
tentang pahlawan itu sendiri. Akan tetapi hal ini tidak semudah yang kita
bayangkan karena memperoleh verstehen tentang pahlawan dari perspektif ilmu
baru akan terjadi setelah melalui suatu penelitian yang mendalam tentang dunia
kepahlawanan dan kita harus berada di dalamnya. Akan tetapi, karena setiap
tahunnya kita memperingatinya dan mungkin juga terus berkontemplasi tentang
eksistensi seorang pahlawan maka kitapun akan dapat memiliki verstehen tadi
secara memadai. Dengan demikian maka pemahaman dan pengetahuan kita tentang
‘pahlawan’ adalah tepat. Artinya masuk akal dan sesuai dengan pengalaman emperis
dan dapat diaplikasikan.
Siapakah
pahlawan
Terdapat kecendrungan
pada sebagian besar orang untuk mendefenisikan seseorang sebagai pahlawan apabila
ia memperoleh sesuatu yang positif/baik dari orang tersebut. Contohnya, seorang pejabat kadang koruptor karena punya
banyak uang dalam beberapa kali pertemuan selalu memberikan bantuan baik secara
finansial/materil maka yang dibantu memandangnya sebagai pahlawan. Demikian pula
halnya jika seseorang pernah menjabat dalam berbagai jabatan pemerintahan
misalnya menjadi Bupati/Walikota dan kemudian menjadi Gubernur, Menteri atau
bahkan Presiden lalu dipandang layak menjadi pahlawan bangsa/daerah. Mungkin
kita sepakat bahwa cara mendefenisikan seseorang sebagai pahlawan sebagaimana
contoh di atas adalah picik dan keliru. Parameter menentukan seseorang sebagai
pahlawan adalah sifat-sifat mulia yang dimilikinya dan telah diwujudnyatakannya.
Bukan jabatan dan bukan pula kekayaan yang diperoleh secara ilegal kemudian
dibagi-bagikan pada siapa saja.
Dua definisi
dibawah ini dapat membantu kita untuk memahami makna pahlawan dengan benar.
Kamus Oxford Advanced Learner’s mendefinisikan pahlawan/hero, “a person who is admired by many for her or
his noble qualities or courage.” Dapat diterjemahkan, pahlawan adalah
seseorang yang dihormati oleh banyak orang/khalayak karena sifat-sifat mulianya
atau keberaniannya.” Parameter menentukan seseorang sebagai pahlawan adalah
sifat-sifat mulia yang dimilikinya yang telah terbukti sehingga dihargai dan
dihormati banyak orang. Oleh karena itu, siapa saja sebenarnya memiliki potensi
untuk menjadi pahlawan dalam berbagai bidang kehidupan, baik sipil maupun
militer.
Pahlawan juga
dapat didefinisikan sebagai seseorang yang mengabdi secara penuh dan berani
untuk mempertahankan kebenaran dan keadilan dengan penuh
tanggungjawab, berjuang untuk memberikan pelayanan demi kepentingan rakyat,
bangsa, dan negara tanpa mengharapkan imbalan, berjuang untuk meraih dan
mempertahankan kemerdekaan. Dalam dimensi waktu definisi ini, cocok dengan para
pejuang kita yang berkorban harta benda, jiwa raga bagi kemerdekaan indonesia.
Keberanian, ketabahan, dan pengorbanan mereka adalah sifat-sifat mulia yang
perlu kita pelihara dan wujudnyatakan didalam kehidupan kekinian kita dalam
bergai aspek kehidupan. Oleh karena itu, dapat dikatakan pula bahwa untuk
menjadi pahlawan saat ini adalah seseorang yang memiliki integritas yang
tinggi, kemampuan, dan kerelaan berkorban dalam berbagai bidang seperti
pendidikan, kesehatan, keadilan, demokrasi, hak asasi manusia, ekonomi, budaya
dan lain-lain, karena ia berguna dan telah bersungguh-sungguh dalam melayani
keluarga, rakyat, dan negara. Bung Hatta, R.A. Kartini, Pangeran Diponegoro,
Jenderal Sudirman, dan para relawan Indonesia Mengajar masuk dalam kotegori
pahlawan di atas.
Akan tetapi
menjadi pahlawan saat ini tidaklah mudah. Nilai-nilai konsumersme dan hedonisme
yang melingkupi kehidupan kita menjadi penghalang utama. Kita cenderung untuk
mencari kesenangan sambil mengabaikan yang lain. Kita juga cenderung tidak mau
keluar dari sona nyaman. Padahal, untuk menjadi pahlawan seseorang harus mau
keluar dari kenyamanan hidupnya untuk tidak hanya berbagi tetapi juga berkorban
bagi sesamanya. Oleh karena itu, guru, bidan desa, pendeta, pastor, ustaddan lain-lain di daerah terpencil yang
didalam berbagai keterbatasan dan kekurangan melayani dengan sungguh-sungguh
sejatinya sedang melakoni kehidupanseorang pahlawan sejati.Bangsa ini sedang
membutuhkan banyak pahlawan, anda dan saya mempunyai potensi untuk itu, marilah
kita terus berupaya untuk menjadi pahlawan sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar