Natal,
Kepemimpinan, dan Tindakan Fatal Bupati Ngada
Widyaiswara
Diklat Prov. NTT
Pada bulan Desember biasanya suasana Natal mulai
terasa di seantero Provinsi NTT yang mayoritas penduduknya adalah beragama
Kristen Protestan dan Katolik. Berbagai persiapan telah dilakukan agar perayaan
dimaksud terselenggara dengan baik dan penuh hikmat. Dari perspektif kristen
disepakati bahwa, penyiapan hati jauh lebih penting ketimbang persiapan materil
dalam perayaan dimaksud. Sebab sejatinya, Sang Bayi Natal hadir dalam kondisi
yang sangat sederhana dan darurat bila ditinjau dari sudut pandang materil dan
sarana-prasarana, namun disambut
langsung oleh orang-orang yang memiliki hati yang tulus, jujur, setia
dan terbuka atas karya maha agung Sang Pencipta. Tampaknya hati yang demikian
yang dibutuhkan Allah ketimbang gegap gempita dan foya-foya duniawi.
Dari sudut pandang kepemimpinan peristiwa Natal
merupakan expresi kepemimpinan Allah yang sungguh luar biasa. Karena didalam
segala “KemahaanNya” mau mengutus Anaknya untuk hadir, tinggal, dan hidup di
antara para pendosa yang akan diselamatkanNya. Sesuatu yang sangat mengagumkan karena,
di dalam segala kemegahan, kemuliaan, keagungan, dan kesucian, Yesus Kristus
mau menginggalkan semuanya dan menjadi sama dengan manusia, kecuali dalam hal
dosa. Pada bagian lain, kita dikejutkan dengan tindakan fatal Bupati Ngada,
Marianus Sae, yang karena kepicikannya memerintahkan Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja Ngada dan anggotanya untuk menghalangi pendaratan Pesawat Merpati
di Pelabuhan Udara Turelelo, Soa, Ngada pada tanggal 21 Desember 2013. Suatu
perbuatan arogan, selfish, keras kepala, dan berbahaya.
Pemimpin Arogan, Berakhir
Mengenaskan
Sejarah kepemerintahan di dunia menunjukkan dengan
terang benderang bahwa para pemimpin arogan, congkak, dan pongah selalu
mengakhiri masa pemerintahan mereka dengan mengenaskan. Beberapa contoh adalah,
Muammar Gaddafi, Saddam Hussein, Nicolae Ceausescu, Mussolini dan Hitler. Memang ini adalah
contoh yang ekstrim, akan tetapi secara substansial apa yang mereka lakukan
sama dengan apa yang dilakukan oleh Bupati Ngada naumun dalam kadar yang
berbeda yakni sangat mengutamakan kentingannya, arogan, dan menihilkan pihak
lain. Oleh karena itu, jika hal ini dibiarkan dan tidak diberikan punishmentyang sepadan, maka pada
gilirannya akan ada penggunaan kekuasaan sang bupati secara ngawur dan
serampangan yang akan merugikan kepentingan publik yang lebih besar lagi.Secara
faktual, kepemerintahan lokal di NTT menunjukkan bahwa beberapa mantan bupati dan
walikota telah dan sedang mengakhiri karir kepemimpinannya di penjara. Hal ini
terjadi karena sikap arogan dan pengutamaan kepentingan pribadi yang tak
terkendalikan.
Gaya Kepemimpinan Transformasional
Berbeda dengan praktek kepemimpinan arogan di
atas, sang Bayi Natal hadir dalam kesederhanaan dan kerendahan hati. Padahal ia
membawa suatu misi sorgawi yang sangat besar yang tak tersalami oleh akal
manusia, yakni menjadikan Kerajaan Allah menjadi nyata di bumi dan menebus
manusia agar dapat memperoleh hidup yang kekal. Meskipun Yesus kemudian mati
disalibkan, hal ini terjadi dalam skenario karya penyelamatan Allah yang
mengagumkan. Ia bukan mati karena menjalankan misinya dengan ceroboh dan
keliru, seperti para pemimpin arogan di atas tetapi semata-mata memenuhi
kehendak BapaNya. Pada akhirnya secara luar biasa kematian itu sendiri Ia
kalahkan melalui kebangkitannya pada hari yang ketiga, naik ke surga, dan
memperoleh kehormatan dari sang Bapa untuk duduk di sebelah kananNya dan
memerintah bersamaNya. Tampilan kepemimpinan Yesus sejalan dengan gaya
kepemimpinan transformasional yang ditegaskan Kouzes dan Posner dalam buku mereka Political
Leadership: An Enduring Idea (Kepemimpinan Politik Suatu Gagasan yang terus
Bertahan) sebagai “enabling others to act, modelling the way,
communicating a share vision, and encouraging the hearts.” (memampukan yang
lain untuk bertindak, menjadi contoh, mengkomunikasikan suatu visi secara
berbagi, dan menguatkan hati/memberi semangat).
Hemat penulis, apa yang dilakukan Bupati Ngada
dengan menghalagi pendaratan pesawat di atas, sangat berbahaya karena, sebagi
pemimpin ia sedang “modelling the way”(menjadi
contoh) bagi banyak orang, khsusnya aparatur dan warga Ngada. Bagi aparatur dan
warga yang memiliki kematangan dan kecerdasan emosional mereka akan segera
dapat mendifinisikan bahwa apa yang dilakukan adalah salah dan picik, oleh
karena itu maka harus dibuang jauh-jauh dan menjadi pelajaran berharga untuk
tidak diulangi lagi. Akan tetapi bagi aparatur dan warga yang belu dewasa atau
memiliki kecerdasan emosional terbatas mungkin akan melihatnya sebagai suatu
tindakan heroik, berani, dan oleh karena itu akan ditirunya. Tentunya hal ini
sangat berbahaya.
Aparatur Perlu Berkata Tidak
Etika sektor publik sejatinya mengajarkan bahwa
aparatur dapat mengatakan tidak kepada atasannya (baca: bupati). Asalkan
informasi dan alasan disampaikan secara jujur dan terus terang serta demi
kepentingan publik. Kelihatannya dalam kasus penutupan bandara Turulelo, Soa,
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mungkin tidak berani menolak apa yang
diperintahkan bupati, karena takut kehilangan jabatannya. Mestinya Kasat Pol.
PP. dan pejabat lokal lainnya dapat memberi masukan kepada bupati untuk dapat
menahan diri agar tidak melakukan tidakan murahan di atas, sebab dampaknya akan
buruk sekali bagi tidak hanya citra diri bupati secara pribadi tetapi juga bagi
kepemerintahan Ngada secara keseluruhan.
Secara regulatif perlu diperhatikan bahwa ketika menolak
perintah atasan yang mengangkangi kepentingan publik perlu disampaikan secara
terus terang, jujur, dan sesuai prosedur yang ada. Penolakan disampaikan secara
santun melalui telaahan staf,yang memuat berbagai alasan logis, rasional, dan
realistis dengan merujukpada etika dan reguasi yang mendukungnya. Telaahan staf
yang baik dan benar tentunya akan diterima atasan karena akan menyelamatkannya
dari kesalahan fatal yang akan terjadi. Aparatur jika mendapati ada kekeliruan
atau ketidakpantasan dari perintah atasannya katakanlah tidak jangan
ragu-ragu.Publik yang semakin cerdas dan kritis terus mengikuti dan
menilai kinerja anda dan atasan anda sebagai elemen penyelenggara
negara. Jika anda berani mengatakan tidak pada hal yang benar menurut publik
anda akan dihargai dan dihormati, hal yang sama juga berlaku bagi atasan yang
mau menerima penolakan yang konstruktif dari bawahannya dengan jiwa besar.
Tentunya hal ini berlaku bagi semua penyelenggara negara.
Natal sesungguhnya juga mengajarkan kita untuk dapat
menolak kebiasaan, tradisi, dan praktek-praktek dalam mengelola kehidupan
secara keliru/salah. Kehadiran sang Bayi Natal segera meresahkan Herodes yang
tamak terhadap kekuasaan yang diimplementasikan secara sewenang-wenang.
Ketidakpatuhan para Majus untuk tidak kembali lagi kepada Herodes, merupakan
penolakan yang sejalan dengan rencana Allah. Karena jika mereka memberitahukan
pada Herodes maka pasti bayi Yesus akan dibunuhnya.
Sembari proses hukum atas kasus ‘Penutupan Bandara
Udara Turelelo’ terus berlangsung. Ada baiknya bila bupati Ngada meminta maaf kepada
pihak maskapai penerbangan Merpati. Juga yang lebih penting adalah permintaan
maaf kepada para penumpang dan keluarganya. Kiranya damai Natal dapatmembantu
bupati Ngada dan kita semua menjadi umat yang rendah hati, sebagaimana
dicontohkan sang Bayi Natal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar